Halaman 16

Halaman 16

Hati Kudus untuk membuat seragam anak-anak. Sederhana, sopan dan menekuni pekerjaannya, hidupnya diterangi oleh doanya yang terus menerus. Setiap dua minggu sekali ia mengunjungi adiknya, yang saat itu telah menjadi novisiat di Chamartin, mereka berbicara bersama tentang apa yang mengisi hatinya. Dia suka berbicara tentang kehidupan seorang suster di dalam serikat Hati Kudus, yang dirasakannya dipenuhi dengan setiap aspirasi yang dimilikinya.
     Biarawati yang berada di sekitarnya di ruangan pakaian di sekolah terkejut akan ketekunannya, cintanya akan pekerjaannya, dan kemanisan disposisinya yang membuat bercahaya setiap kesulitan dan tidak perah menyebabkan  malu sekecil apapun terhadap orang lain. Kebijaksanaannya, ketangkasan dan keputusannya, kegiatan yang diam sungguh-sungguh mengagumkannya; dia selalu terlihat sedang mengerjakan pekerjaannya dan setiap waktu luang akan diluangkannya di hadapan Sakramen Mahakudus. “Aku merasakan keberadaanku seluruhnya saat aku berada di sini,” hal ini pernaha dikatakannya saat berbicara di Chamartin.
     Sangat berbeda ceritanya ketika ia harus bekerja pada klien-klien di luar. Nuraninya yang lembut tergoncang dengan ketidaksopanan pakaian-pakaian yang dikenakan para pekerja di sekelilingnya, dimana sebagai penganut Katholik seharusnya mengerti hal ini dengan baik;  kemudian, lebih daripada waktu-waktu sebelumnya ia merasakan “pembuangannya” dari dinding-dinding Biara, dan ia akan berseru: “Sejak kecil satu doaku hanyalah agar ‘aku boleh tinggal di Rumah Tuhan,’ dan semakin aku melihat kehidupan di luar, makin besar keinginanku untuk mati, jika keinginan hatiku tidak dikabulkan.
     Dia hidup dengan harapan yang menyala-nyala, dan Komuni hariannya adalah bahan bakar akan api yang menyala itu. Ini adalah sumber dari ketenangan dan semangatnya; kepada orang lain, rahasia akan salib dan durinya tidak pernah dikatakan.

     Dia memiliki beberapa teman, namun teladan dan nasehatnya menjadikannya pusat dari kelompok gadis-gadis pekerja dimana ia memiliki pengaruh hebat. Ia akan memimpin Ziarah ke Avila atau ke Cerre de los Angeles, dimana  Peringatan akan Hati

Halaman 15

Halaman 15

Walaupun ketertarikannya berada di arah yang berlainan, perasaan Josefa tertahan dan meminta untuk diterima pada Biara Réparatrice. Di sini ia bahagia; ia menghargai semangat, dan keramahan yang melingkupi kehidupan baru relijiusnya ini. Pemikiran untuk membuat silih atas dosa-dosa manusia melalui Hati Maria menariknya, dan tidak ada semacam cobaan ataupun hal buruk menghampirinya, namun tidak pada bulan-bulan berikutnya.
Perlahan, bagaimanapun juga, hampir terlepas dari dirinya sendiri, ada yang mencuri nurani jiwanya, kebangunan jiwanya terhadap cinta yang lain – yaitu Hati Kudus yang merupakan daya tarik pertamanya, dan setiap saat ia mendengar bel-bel biara berdentang (sebab berada dekat dengan biara) perjuangan dalam dirinya diperbarui.  Bunda kita sendiri turut campur dan menunjukkan padanya bahwa Josefa belum menemukan rumah sejatinya.
     Josefa bertugas di sebuah ruangan yang besar yang berisi sebuah patung Bunda Maria yang besar, dengan titel Bunda Kesedihan; sesuai dengan kebiasaan orang-orang Spanyol, patung itu dihiasi dengan pakaian yang indah, dan di tangan bunda kita ia memgang sebuah mahkota yang terbuat dari duri-duri asli. Suatu hari Josefa terkejut melihat mahkota itu terangkat oleh sebuah cahaya yang tidak diketahui asalnya. Dia tidak berusaha untuk berbicara mengenai keindahan itu, tetapi cahaya itu terus ada selama tiga atau empat hari, ia memutuskan untuk menyelidiki asalnya. Didapatkannya bahwa cahaya itu berasal dari satu duri, dan pada saat yang sama ia mendengar suara yang menembus: “Ambillah duri ini, anakku; Yesus akan memberikan padamu yang lainnya seiring waktu berlalu.” Josefa melepaskan duri itu sambil mengamatinya, tanggapan yang diberikannya kepada pemberian Bunda itu adalah sebuah persembahan yang segar akan dirinya sendiri yang tak lama kemudian diterima meterainya di dalam penderitaan.
     Enam bulan masa postulannya telah berakhir dan hari pengenaan pakaian ditetapkan, saat ibunya yang merindukannya  dengan sedih datang dan memohon ia kembali. Imam Rubio mendukung permintaan ibunya itu dan membuat Josefa kembali ke rumah, Josefa meninggalkan Novisiat dengan perasaan yang dapat dibayangkan. Diambilnya duri itu bagi dirinya sendiri, yang cahayanya, seperti yang ada di hatinya sendiri, dipadamkan.  Pada kenyataannya, bagaimanapun hal itu telah tenggelam ke dalam bagian diri terdalamnya, dan kenyataan ini adalah penderitaan.

     Dengan berani ia menatap jalan ke depan menuju Tuhan, dan kembali kepada tugas lamanya. Kali ini ia dipekerjakan oleh sejumlah besar biarawati 

Halaman 14

dan meminta untuk masuk Serikat Hati Kudus. Untuk pertama kali dalam hidupnya ayahnya marah kepada Pepa. Pepa mengeringkan airmatanya namun tetap menyimpan panggilannya di dalam hatinya tak berubah.
     Kemudian, seorang imam Karmelit menawarkan pendaftaran padanya untuk masuk ke dalam ordonya. Itu bukan panggilannya, dan dengan mengucapkan terimakasih ia menolaknya, dan menggunakan kesempatan itu sekali lagi untuk mengatakan kepada ibunya tentang kemana panggilan Tuhan baginya. Josefa tidak lagi ditentang selain airmata saja yang mengalir agar Josefa tidak meninggalkan ibunya, dan untuk kedua kalinya ia menangguhkannya. Besar kesedihan Josefa ketika adiknya diijinkan oleh ibunya untuk memasuki novisiat di Chamartin (Madrid). Josefa yang melatihnya kini ia melangkahinya karena Josefa harus menopang keluarganya, ia sangat kecewa. Imannya kepada Tuhanlah satu-satunya yang menopangnya, dan kedewasaan kebajikannya sekali lagi membantunya melupakan dirinya sendiri. Adiknya menulis perihal ini:
     "Kami tidaklah terpisahkan sampai hari masukku ke dalam Novisiat. Keberangkatanku memberikannya kesedihan yang besar, namun di dalam pikiranku yang muda dan hasrat untuk mengkonsekrasikan hidupku kepada Yesus Kristus, aku sulit menyadarinya. Baru kemudian aku menyadari pengorbanan yang telah kusebabkan kepada kakakku tersayang itu; kemudian pemikiran akan Tuhan itulah yang menghibur aku."
     Josefa meneruskan pengabdian hidupnya dengan bekerja keras dan meringankan kelelahannya; ia memalingkan harapannya kepada adik bungsunya, tapi, dia pula, kemudian memiliki sebuah panggilan, tiga tahun setelah kematian Josefa, ia masuk biara Karmelit di Loeches, dimana ia mengambil nama Madeleine Sophie dari Hati Kudus. Kemudian ia dikirim ke Portugal, dimana Ordo tersebut akan dipulihkan di Coimbra.
     Tuhan menuntun Josefa secara tersembunyi namun pasti, untuk itulah mengajarkannya perihal meninggalkan dirinya sendiri dan kesempurnaan akan pengorbanan.
     Imam Rubio, yang telah mengikutinya sampai 12 minggu terakhir, tidak meninggalkannya, dan di bulan Februari 1912, ketika ia berusia 20 tahun, imam itu berpikir, itulah waktunya. Ordo Marie Réparatrice  tampak baginya akan cocok untuk Josefa; beliau kenal baik para biarawatinya, ia mulai mengarahkan panggilan Josefa kepada mereka.

Halaman 13

    "Suatu hari," tulis Mercedes, "Josefa mengatakan padaku bahwa ia ingin menjadi seorang biarawati, tetapi jauh dari Spanyol, agar kurbannya dapat menjadi lengkap. Ketika aku tidak setuju padanya tentang hal ini, Josefa menjawab bahwa tidak ada yang terlalu baik untuk diberikan kepada Tuhan."
     Di samping sifatnya yang peka, Josefa juga periang, ketika disposisinya ini dimaniskan dengan semua yang terjadi padanya, ke-efisienan dan penyangkalan dirinya selalu seimbang di setiap saat. Sedikit demi sedikit kenyamanan kembali lagi ke dalam lingkungan rumahnya, namun hanya dalam waktu yang singkat, dan pada awal tahun 1910 ayah mereka mengalami serangan jantung. Selama ia sakit, istrinya tidak pernah meninggalkannya di siang ataupun malam hari, dan tak ada yang tidak dilakukannya untuk meringankan penyakitnya itu. Suatu hari ketika ia keluar untuk membeli obat bagi suaminya itu, ia melihat sebuah patung Hati Kudus di jendela toko di antara sejumlah antik. Ia tergerak dan berpikir untuk membelinya, pikirnya betapa menyenangkan untuk membawanya pulang, dan mereka dapat berdoa di sekitarnya. Ia masuk ke dalam toko dan menanyakan harganya, sayangnya, harganya terlalu mahal dari sejumlah uang yang dimilikinya di dalam dompetnya, ia hanya memiliki uang yang cukup untuk membeli obat bagi suaminya.  Ia mengucapkan terimakasih, meninggalkan toko itu, dan telah berjalan cukup jauh ketika mendengar ia dipanggil kembali. "Bayarlah semampumu, dan bawalah patung itu." Kata pria itu. Tersentuh dan kegirangan, Lucia memberikan uang yang ia punya, membawa hartanya itu dan kembali kepada Leonardo - "Bukannya obat," katanya, "aku bawakan engkau Hati Kudus." Pria yang sakit itu gembira bukan kepalang, karena imannya sungguhlah besar. Patung itu berada di kaki tempat tidurnya, dan ia tidak pernah lelah memandanginya. Ia meninggal dengan mata memandanginya, pada tanggal 7 April 1910, meninggalkan keluarganya sebuah jaminan perlindungan. Imam Rubio yang mendampinginya di saat-saat terakhirnya, menunjuk dirinya sendiri sebagai teman dan pemberi nasihat akan rumahtangga yang bersedih itu, ketika Josefa menjadi satu-satunya yang membantu ibunya, dan pendapatannya membuat keluarga itu terhindar dari bahaya. Jiwanya selalu ada pada satu cintanya, dan persembahan hariannya diulangi dan tetap kuat dan melebar akan hidupnya di dalam hari-hari sulit berikutnya. Sebelum ayahnya meninggal dunia ia telah memberitahukan aspirasi-aspirasi rahasianya

Halaman 12

Hati Kudus untuk para tentara Melilla. Ketika Josefa hendak mengembalikan mesin jahit itu ke Leganitos, Ibu Kepala menolaknya, beliau berkata bahwa dengan membuatkannya Skapulir-Skapulir telah membayar mesin itu secara lebih; Pepa sungguh tersentuh dengan kebaikan-hati ini; dia merasakan bahwa kebaikan ini disebabkan oleh Hati Kudus, dan kemudian ia semakin dekat dengan Serikat yang ingin dimasukinya itu.
     Pekerjaan datang padanya dari bermacam-macam tempat. Ia telah memiliki reputasi pandai di dalam membuat baju, dan tak lama kemudian ia mendapat begitu banyak pesanan lebih dari yang sanggup dibuatnya, yang mengikat hari-harinya sampai larut malam, tetapi tenaganya dan penyangkalan dirinya seimbang. Dia membuat sebuah ruang kerja dan melatih sejumlah gadis muda. Ia bangun pukul 6 pagi, dan setelah menghadiri Misa di Hati Kudus, kembali bekerja sampai tengah hari. Setelah makan siang, biasanya diikuti dengan kunjungan ke Sakramen Maha Kudus, para gadis pekerja kembali, dan kemudian sepanjang siang sampai sore itu mereka bekerja. Mereka adalah kumpulan kelompok kecil yang bahagia karena perilaku Josefa yang baik membuat segala sesuatu berjalan lancar, dan para gadis itu meneladani keramahannya, selalu membuat hidup suasana hingga menyenangkan.  Namun ia sadar akan tanggung jawabnya, dengan keteguhannya yang lembut ia tetap bekerja dengan baik dan teratur. Setiap malam doa Rosario didaraskan, dan sebagai devosi Josefa menambahkan banyak doa-doa lainnya. Pada hari Sabtu, adik-adiknya pergi ke Pengakuan Dosa, dan Pastor Rubio menanyakan kabar Josefa karena secara kebapakan ia tertarik mengetahuinya.
     "Pada hari-hari Minggu," suster ini berkata kepada kami, "seluruh keluarga bagun pagi untuk menghadiri beberapa Misa. Di sore hari Pepa dan saya pergi menemui para biarawati Hati Kudus di tiga rumah di Madrid, dan pada malam hari seluruh keluarga menghadiri acara doa di Leganitos."
     Bila mereka harus pergi ke luar, dua kakak-beradik itu akan saling menemani; mereka bertukar pikiran, dan mereka berdua berbicara mengenai panggilan, dimana hal itu tidak mungkin dibicarakan di rumah karena air mata ibu mereka akan berlinang-linang mendengarkan pembicaraan seperti itu, sehingga mereka memutuskan untuk tidak menyedihkannya dengan membicarakan hal itu di depan ibu mereka.

Halaman 11


   Pada tahun 1907 kematian datang pada rumah kecil yang bahagia itu. Carmen, salah satu dari adik-adik kecil, meninggal dunia karena penyakit yang tiba-tiba, dan nenek dari para cucu itu pun kemudian juga meninggal dunia. Kehilangan Carmenchita bagaikan kematian yang buruk bagi orangtuanya. Mereka menentang hal itu, tapi hal itu melebihi dari apa yang dapat mereka tanggung. Ayah dan ibunya terbaring, seorang karena demam typhus, seorang lagi karena masalah paru-paru. Segera kesejatian Josefa muncul; ia berhenti bekerja dan membagi perhatiannya kepada kedua orangtuanya yang tak berdaya itu, juga menjaga adik-adiknya, dan setumpuk pekerjaan rumah tangga berada di pundak dia yang masih muda. Nasehat medis sangatlah mahal, dan segera menguras semua tabungan mereka. Kemiskinan sekarang menambah masalah penyakit tadi, tapi tidak sedikitpun semangat Josefa menghilang, dan untuk periode selama tujuh minggu, Josefa menanggung tanggung jawab penuh akan segala kecemasan dan kekurangan.

     "Kami bertiga, anak-anak, semuanya tidur bersama di kasur yang berada di lantai," katanya. "Dokter kami yang baik hati menginginkan agar ayah dan ibu dibawa ke rumah sakit, tetapi aku tidak menyetujuinya, karena aku yakin pasti Yang Mahatinggi tidak akan meninggalkan kami, dan datanglah pertolongan kepada kami melalui para biarawati Hati Kudus. Oh, aku tidak akan pernah melupakan betapa baiknya mereka kepada kami!"

     Sebuah novena kepada Santa Madeleine Sophie dimulai, dan selanjutnya, ibu mereka yang putus asa itu, memanggil keluarganya di sisi tempat tidurnya, "Jangan menangis lagi," katanya. "Ibu Barat baru saja dari sini mengunjungi aku. Dia berkata bahwa aku tidak akan mati, karena kalian masih memerlukan aku.

     " Kami tidak pernah mendengarkan hal-hal khusus," kata Josefa setelahnya, "tetapi keesokannya harinya, ibu lepas dari bahaya dan ayah pun juga sembuh, namun kekuatan ayah sudah tidak ada dan ia sudah tidak dapat bekerja lagi."
     Para biarawati Hati Kudus melihat diam-diam keluarga yang menarik ini. Josefa tidak memiliki mesin jahit, dan persediaan uangnya tidak cukup untuk membeli mesin jahit. Ibu Superior dikirimkan pada Josefa dan membelikannya mesin jahir agar dicobanya untuk digunakan, dan memerintahkannya untuk membuat ribuan skapulir

Halaman 10

penyakit itu; Trinidad hidup sendiri dan tidak dapat melakukan apa-apa. Pepa gembira ditarik oleh sifat baik hatinya, dan sifat heroiknya tersembunyi itulah paling dihargai. Selama berminggu-minggu ia menyuapi Trinidad. Suatu hari ia mengajak adiknya, pikirnya hal itu akan menggugah hatinya, tetapi...

     "Kesan yang ada padaku akan penderita kusta yang malang itu dapat terlihat saat aku pulang ke rumah, dan aku ditanyai. Aku harus mengatakannya. Ibu kami melarang Pepa untuk kembali kepada orang cacat yang malang itu; sebuah larangan yang mendukakan Josefa secara mendalam."

     Waktu Josefa berlalu diantara kehidupan keluarga, pekerjaannya, dan tindakan amalnya. Tetapi hukum Kasih Ilahi segera mendesak Josefa untuk memenuhinya dalam penderitaan-penderitaan yang akan menyobai dan menguatkan jiwa mudanya.

     "Jangan pernah meragukan cinta Hati-Ku," kata Teman ilahinya itu kepadanya kemudian. "Yang terpenting jika angin kejahatan bertiup, Aku telah menanamkan akar dari kekecilanmu di dalam Hati-Ku."

MENUNGGU
1907-1920
"Biarlah dirimu dibimbing dengan mata tertutup, sebab Aku adalah Bapamu, dan Mata-Ku terbuka untuk memimpin dan menuntun engkau."
(Tuhan kita kepada Josefa, 18 September 1923)

PENDERITAAN kini adalah karakter kehidupan Josefa, pertama kali tampak di rumahnya yang sampai sekarang tak diketahui. Hal itu diterima dengan damai sebagaimana teman-teman Tuhan bersedia menerimanya. Josefa belajar untuk menderita seraya belajar mencintai, dan hatinya terbuka lebar bagi kesedihan dan pengorbanan. Hal itu akan membuatnya semakin fleksibel, mengajarkannya untuk menaklukkan sifat alaminya, saat berkenaan dengan salib menguatkan cintanya, menjadikannya dewasa tanpa menghancurkan intensitas cintanya.

Halaman 9

waktu kembali ke rumah sebuah permainan hebat dimainkan seolah menjadi para Karmelit. Ofisi dimadahkan, silih dilakukan, dalam semuanya itu Josefa yang memimpin dengan semangat, tetapi bagi Josefa hal itu tidak semata-mata hanya permainan.
     Orangtuanya bangga dengan kemampuannya membuat baju dan mengirimnya menyelesaikan latihan di sebuah perusahaan pembuatan topi. Percakapan antar pekerja wanita di sana tidak selalu menyenangkan, tetapi dengan Komuni Kudus setiap hari Josefa menjadi kuat untuk tetap menjaga murni hatinya; ia menulis kenangannya pada saat itu:

     "Aku melalui banyak bahaya, tetapi Tuhan selalu melindungi aku di tengah-tengah pembicaraan jahat yang membahayakan yang umum terjadi di ruang kerja kami. Hal itu sering membuat aku menangis mendengarkan hal-hal yang mengguncangku, tetapi aku tidak pernah ragu bahwa Tuhan bermaksud menjadikan aku milik-Nya sendiri, dan inilah penghiburan dan kekuatanku. Tidak ada dan tak seorang pun dapat mengubah keputusanku atau membuatku meragukan kebenarannya."
     "Pada hari Minggu," adiknya berkata kepada kami, "dia sering pergi ke Patronase dimana pemimpinnya adalah anak dari pemilik rumah kami. Wanita ini melakukan pekerjaan baik dan sangat beramal. Untuk itulah pada hari Minggu, kami menghabiskan waktu dengan dikelilingi suasana riang dan gembira, banyak anak-anak menganggapnya sebagai tempat perlindungan yang menghindari mereka dari perbuatan dosa. Josefa adalah kehidupan dari pesta kecil itu, dan menghanyutkan dirinya dan kepandaiannya dalam drama, dan sang wanita dermawan kami menghargai kebajikan Josefa, biasanya ia menugaskan Josefa dalam beberapa bagian dari drama-drama kecil kami yang tidak diinginkan oleh siapapun, dan Josefa ber-akting dengan keanggunan dan kesederhanaan yang sigap.
     Josefa sering menemani Senora X di dalam kunjungan-kunjungan kepada kaum miskin. Pepa (nama sebutan Josefa) melihat tidak hanya betapa ia berpartisipasi di dalam membagikan sedekah, tetapi bersukacita memberikan pelayanan-pelayanan kepada para klien dengan penuh kerendahan hati. Hal ini sangat menarik bagi sifat aslinya yang baik hati. Suatu hari, Maria secara rahasia memberitahukan Josefa bahwa ia telah menemukan seorang wanita tua penderita kusta dan Maria sedang mencari di antara teman-temannya seseorang yang mau menemaninya menemui wanita malang yang tidak menginginkan apa-apa hanya ingin dikasihi. Namanya adalah Trinidad dan dia sangat menderita. Tubuh kirinya lumpuh dan wajah serta tangan-tangannya dipenuhi

Halaman 8

     Ketika ia berusia 13 tahun, Josefa kembali ke rumah untuk memerhatikan pendidikan ketiga adiknya, untuk masuk ke sekolah bebas biaya, Hati Kudus. 1
     Saat itu adalah tahun bagi Spanyol memilih sebutan Bunda Yang Dikandung Tanpa Noda (The Immaculate Conception) sebagai pelindung regimen infantri. Misa di tempat terbuka saat itu diadakan di taman Istana kerajaan. Leonardo, ayah Josefa, dengan diperhatikan oleh Raja muda Alphonsus XIII, sedang bekerja mendekorasi altar. Tiba-tiba, ia menjatuhkan sebuah alat yang mungkin dapat mencederai sang Pangeran, gerakan cepat diambil Leonardo untuk mencegah hal itu hingga Leonardo kehilangan keseimbangan. Ia terjatuh dari konstruksi dan lengannya patah. Sang Raja, tersentuh dengan tindakan yang melindunginya itu dan bermaksud mengambil tanggung jawab akan pendidikan anak-anak Leonardo. Ia menawarkan mereka "Dames Anglaises," yang merupakan sebuah lembaga Kerajaan. Walaupun Leonardo sungguh tersentuh namun ia tidak mengambil bagian dalam hal itu dan mengirimkan anak-anaknya bersekolah di Hati Kudus, sekolah bebas biaya itu, yang letaknya tidak jauh dari rumahnya. Dua anak-anaknya kegirangan, Josefa juga beruntung mendapat kesempatan bermesra dengan Sakramen Maha Kudus yang ada pada Kapel Leganitos. Semakin hari Sakramen Maha Kudus semakin menarik perhatiannya, Tuhan kita telah mengarahkan anak sederhana kesayangan Hati-Nya ini kepada Tabernakel dimana DIA tinggal di sana selamanya.
     Keluarga itu tetap hidup gembira dan damai. Sang "Permaisuri kecil" tetap menjaga tempatnya sebagai anak perempuan yang paling mengabdi  dan sebagai kakak yang terbaik bagi adik-adiknya. Segala sesuatu di dalam keluarga itu sederhana dan riang, tetapi iman bertahkta di atas segalanya.
     Hal besar yang terjadi dalam masa-masa itu adalah kunjungan mereka ke Karmel di Loeches, dimana anak-anak memiliki seorang bibi. Mereka diterima bagaikan putri-putri kecil dan berlarian di pekarangan Kapel, dimana mereka menemukan sebuah salinan Aturan Karmelit, yang membuat mereka bersemangat membacanya. Pada



-----

Asrama dan sekolah bebas biaya Sacré Coeur yang terletak di jalan Leganitos. Yang kemudian telah dihancurkan oleh tentara merah (the Reds) selama perang sipil di tahun 1936.

Halaman 7

     Perjumpaan pertamanya dengan Tuhannya yang Ekaristis diawali Josefa  di dalam kemesraan ilahi yang setelahnya menjadi begitu kuat dan begitu bebas. Komuni Kudus adalah kegembiraannya yang terbesar dan semua memperhatikan betapa kebajikan penuh mulai berkembang di dalamnya.
     "Setelah Komuni Pertama Josefa," tulis adiknya, "dapatlah dikatakan bahwa dia berhenti menjadi seorang anak. Aku tidak ingat melihat dia mengambil bagian dan kesenangan-kesenangan yang dipersiapkannya untuk kami dengan sangat bersemangat. Amalnya sangat besar, juga di luar rumah. Jika dia mengetahui ada anak yang sakit, ia tidak pernah melewati untuk mengunjunginya. Rasa iba dan semangat berkurban, hasil dari teladan baik yang diberikan kepada kami oleh orangtua kami, digabungkan dengan kualitas-kualitas alaminya, menjadikannya jiwa akan keluarga kecil itu. 'Pepa' itu panggilan kami padanya, bagaikan ibu kedua bagi kami, dan tidak pernah ragu menumpahkan perasaan kami kepadanya tentang harapan-harapan, masalah-masalah dan ketakutan-ketakutan kekanakkan kami. Suatu hari ketika aku masih agak kecil, aku disuruh untuk membeli sesuatu. Aku melakukannya, tetapi aku lupa membayar. Besarlah ketakutanku ketika kusadari keteledoranku. Aku tidak berani kembali ataupun membawa uang itu pulang ke rumah. Aku membungkus uang itu dengan kertas dan meninggalkannya di samping jalan masuk di jalanan. Lalu aku berlari kepada Pepa dan berkata kepadanya secara rahasia tentang apa yang terjadi. Dengan manis ia menghiburku, menciumku dan menenangkanku, dan dia sendiri yang pergi dan membayarkan uang itu. Kami selalu berlari kepadanya jika menghadapi masalah, sebab ia dapat mengatur  hal-hal agar kami tidak dimarahi.
     "Terimakasih untuk pengaruhnya terhadap orangtua kami, Josefa memperolehkan bagi adiknya rahmat untuk menerima Komuni Pertama dua tahun sebelum waktu sebenarnya.
     " Jadi masa kecil Pepa berlalu dengan sangat simpel, sebagaimana kebiasaan di keluarga-keluarga Kristiani merupakan tempat persinggahan di kehidupan, tapi akan jadi apa kakak tertua kami sudah dapat diperkirakan."
     Pada waktu-waktu inilah orangtuanya mengirimkannya ke sekolah Seni dan Kerajinan tangan (Formente del Arte) 1, dimana kepintaran dan kesiapannya dalam belajar segera menarik perhatian. Kepandaian jari-jemarinya sangat menakjubkan dalam hal kerajinan tangan yang berhubungan dengan jarum, dan dia sangat berhasil, mendapatkan ijazah-ijazah dari tahun ke tahun.

-----
1 Lembaga untuk mengembangkan kesenian.

Halaman 6

Aku ingin kau seluruhnya menjadi milik-Ku.' Apa yang terjadi selanjutnya tidaklah mungkin bagiku untuk menuangkannya dalam kata-kata, namun ketika aku meninggalkan kapel, pikiranku sungguh siap: aku akan menjadi sangat, sangat baik.
     "Panggilan apa sungguh tak pernah kudengar sebelumnya, dan tentang menjadi biarawati sangatlah terpisah dari bumi, tetapi sejak saat itu selanjutnya, sesuatu seperti telah menetapkan aku pula juga secara terpisah, dan perasaan itu menetap. Lama setelah itu aku mengetahui bahwa itu adalah suatu panggilan kehidupan relijius.
     " Pada hari ketiga akan retret itu aku membarui resolusiku, dan pada hari Santo Yosef, hari bahagia akan Komuni Pertama-ku, aku membuat persembahan ini, dan itu berasal dari lubuk hatiku terdalam:

     "Pada hari ini, 19 Maret 1901, di hadapan Surga dan bumi, disaksikan oleh bunda Surgawiku, Maria dan Santo Yosef, penasehat dan bapaku, aku berjanji pada Yesus bahwa aku akan selalu menjaga benar-benar di dalamku kebajikan akan keperawanan, hasratku satu-satunya hanyalah menyenangkan-Nya, dan ketakutanku satu-satunya hanyalah jika aku menyinggung-Nya dengan dosa. Tunjukkan padaku, O Tuhanku, bagaimana untuk menjadi seluruhnya milik-Mu dengan tingkah laku yang sempurna, sehingga aku dapat selamanya semakin dan semakin mencintai-Mu dan tidak pernah mengecewakan-Mu dalam hal apapun. Inilah hasrat hatiku pada Hari Komuni Pertamaku. Santa Maria, aku memohon padamu di hari Pesta pasangan kudusmu, Santo Yosef, untuk memperolehkan permohonanku.
" 'Anakmu yang mengasihi,
" 'Josefa Menéndez.'

"Kutulis dengan patut dan kutandatangani, dan di setiap Komuni selanjutnya kuperbarui persembahan ini. Dimana sesudahnya kukatakan kepada Bapa Rubio apa yang telah kulakukan, dia berkata padaku bahwa anak-anak kecil tidak seharusnya membuat janji melampaui menjadi sangat baik, dan ia ingin merobek kertasku. Aku tidak dapat, dan aku terus mengulangi: 'Tuhan, aku selamanya milik-Mu.' "

     Inilah saksi akan persembahan pertamanya yang dijaganya sampai hari sekaratnya, dan kertas kecil yang lusuh, dibungkus dengan tulisan besarnya yang kekanakkan, masih menjadi saksi akan cinta setianya.

Halaman 5

baik, Minggu sore-sore hari akan digunakan untuk berjalan keliling; jika sedang berawan ataupun basah, mereka semua akan tinggal di rumah, dan biasanya ayah dan anak-anak akan menikmati waktu mereka bersama hingga waktu untuk berdoa Rosario.
     Leonardo mengajarkan sendiri putri tertuanya, ia gembira akan kemajuan Josefa sehingga ia sungguh berharap agar Josefa memiliki profesi sebagai pengajar. Hal ini, sebagaimana akan kita lihat, tidaklah terjadi; Tuhan kita memiliki rancangan-rancangan istimewa-Nya sendiri bagi masa depan Josefa.
     Ketika ia berusia 11 tahun semua persiapan untuk Komuni Pertama dimulai. Gagasan itu sungguh memikat bagi seorang anak yang sangat berpikiran spiritual, yang mulai melakukan arahan-arahan yang diberikan pada Biara Reparatice. Hari besar itu didahului dengan sebuah retret yang singkat, dan kami masih memiliki “catatan-catatan” yang kemudian disebutnya sebagai daya tarik pertama baginya yang dibuat oleh Kekasih jiwanya.
 
     “Di dalam meditasiku yang pertama aku merefleksikan kata-kata ‘Yesus ingin memberikan Diri-Nya sendiri kepadaku, sehingga aku dapat seutuhnya menjadi milik-Nya.’ Betapa menggembirakan! Pikirku, DIA adalah satu objek hasrat-hasratku. Tapi, bagaimanakah hal itu dapat dilakukan? Aku berkonsultasi dengan salah seorang biarawati, dan dia menjelaskan padaku bahwa aku harus menjadi sangat, sangat baik, dan dengan demikian aku akan selalu menjadi kepunyaan Tuhan kita seluruhnya.

     “Subyek meditasi di hari kedua ‘Yesus, Pasangan para Perawan, bergembira akan kemurnian dan kepolosan.’ Ini adalah suatu cahaya besar bagiku, solusi dari puzzle yang kemarin; tentu saja aku harus menjadi Pasangan kecil-Nya, kemudian sungguh aku harus menjadi milik-Nya seluruhnya, sama seperti mama adalah milik papa. Dan begitulah kemudian aku berjanji kepada Tuhan kita untuk tetap menjadi seorang perawan (aku tidak mengerti apa itu artinya) bahwa aku akan selalu menjadi milik-Nya seluruhnya. Sepanjang hari aku membarui janji ini, dan pada malam hari selama berdoa aku meng-konsekrasi-kan diriku kepada Kanak-Kanak Yesus, memohon bantuan besar agar aku dapat menjadi utuh dan seluruhnya menjadi milik-Nya. Bahwa aku akan segera menerima DIA di dalam hatiku dengan Komuni Kudus, ini memenuhi aku dengan sukacita asing, dan ketika aku secara diam-diam menikmati pikiran bahagia itu, aku mendengar sebuah suara, yang tidak pernah dapat kulupakan, berkata kepadaku: ‘Ya, si kecil, Aku ingin

Halaman 4

sangat bergembira dan periang, dan kesalehan kanak-kanaknya berkembang dari sejak awal. Usianya hanya 5 tahun ketika ia dikuatkan dan Roh Kudus merasuki pikiran lugu dan murninya yang kemudian menjadi alat yang dipilih di dalam tangan Tuhan.
     Bapa pengakuan-nya, R.F. Rubio, adalah seorang yang bersemangat besar di dalam devosi Hati Kudus, dan kemudian beliau memasuki Serikat Yesus. Ia menyemaikan pada Josefa kecintaan akan doa, sebab ia sangat dikejutkan dengan spiritualitas si peniten kecilnya itu. Beliau tetap menjadi bapa pengaku-nya sampai ketika Josefa memasuki Serikat kita. Pada usia 7 tahun ia melakukan Pengakuan Dosa yang pertama; di tahun-tahun berikutnya, ia dapat mengingat jelas hari Jumat Pertama di bulan Oktober 1897, ia berseru dengan penuh penyesalan: “Seandainya saja kini aku dapat merasakan penyesalan akan dosa-dosaku sebagaimana peyesalanku pada hari itu.”
     Pastor Rubio memberikannya latihan spiritual yang cocok bagi usianya; ia mengajarkannya bagaimana merenungkan dan menggunakan doa seruan (ejaculatory prayer), dan Josefa secara perlahan memperoleh kebiasaan sadar akan Kehadiran ilahi. Ketika ia sudah dapat membaca, ia senang membaca El Cuarto de Hora de Santa Teresa, sebuah buku kecil tentang meditasi yang diberikan oleh bapa pengakuan kepadanya, dan Josefa belajar bagaimana setelah membaca sebuah bacaan, secara perlahan, merenungkannya dan menyelesaikannya dengan sebuah resolusi. Ia sangat setia luar biasa akan kebiasaan-kebiasaan yang diperolehnya sejak saat awal itu.
     “Aku menyukai buku kecilku,” katanya kemudian, “terutama saat itu berbicara padaku tentang Kanak-kanak Yesus atau tentang Sengsara-Nya. Aku menemukan banyak hal untuk dikatakan kepada Tuhan kita dan aku telah merencanakan untuk mengabdikan hidupku kepada-Nya, yang memiliki seluruh cintaku.”

     Josefa secara alami, serius dan lincah. Dia bebas menegaskan kewenangannya terhadap tiga adik-adik perempuannya, dan sering, ibunya yang sering diperolok akan dengan bangga mempercayakan putri sulungnya itu untuk menggantikannya. Josefa adalah kesayangan ayahnya; ia menyebut Josefa sebagai “permaisuri kecil”-nya dan tak dapat menolak apapun daripadanya... fakta yang diketahui benar dan dinyatakan oleh adik-adiknya, yang selalu meminta pertolongan melalui perantara Josefa jika ada permintaan yang diinginkan. Setiap Minggu, seluruh keluarga menghadiri Misa (High Mass), dan ayahnya selalu memberikan kepada setiap anaknya beberapa tembaga, untuk mengajarkan kepada mereka tentang kemurahan hati di dalam beramal; mereka dikenal dan dicintai oleh kaum miskin di lingkungan mereka. Jika udara sedang

Halaman 3

BUKU SATU
PESAN HATI YESUS

Halaman 3

BAB I
PILIHAN SURGAWI
Sebuah Kebangunan Jiwa
1890- 1907
“Aku ingin seluruhnya engkau menjadi milik-Ku.”
(Tuhan kita kepada Josefa, 17 Maret 1901)

Spanyol memberikan Tuhan kita jiwa yang akan dikonsekrasikan-Nya bagi Cinta-Nya, walaupun hal itu terjadi di Perancis saat DIA mengungkapkan Diri-Nya Sendiri kepadanya.
     Josefa Menéndez, seorang pribumi Madrid, lahir pada tanggal 4 Februari 1890 dan dibaptis di gereja San Lorenzo pada tanggal 9, bulan yang sama, diberikan nama Josefa Maria.
     Ayahnya, Leonardo Menéndez, juga seorang pribumi ibukota itu, yang memiliki masa muda yang menyedihkan, sebab ayah Leonardo meninggal ketika ia masih muda, dan ibunya menikah kembali. Anak laki-laki yang tidak diinginkan itu dikirimkan ke sekolah. Ketika hanya berusia 17 tahun, ia kehilangan ibu yang disayanginya, dan untuk menenggelamkan kesedihan dan kesepiannya, ia mendaftarkan dirinya menjadi tentara. Opsir superior-nya, tak lama kemudian, sangat menghargai talenta-talenta seninya, Leonardo ditunjuk sebagai dekorator Musium Artileri, dimana dia melakukan tugasnya dengan sangat baik sehingga ia selalu menerima permintaan yang terus menerus jika ada dekorasi-dekorasi militer yang perlu dirancang, baik itu di Katedral, St. Isidore, atau di Istana Kerajaan.
     Pada tahun 1888, Leonardo menikah dengan Lucia del Moral, seorang wanita yang saleh dan tekun yang menjadikannya seorang istri yang sangat baik dalam membesarkan empat anak perempuan dan dua anak laki-laki di dalam keluarga kecilnya itu, walaupun kedua anak laki-lakinya itu kemudian meninggal saat masih bayi, sehingga tinggal 4 anak perempuannya, sementara yang tertua, Josefa, mengambil tanggung jawab sebagai anak tertua dengan sangat serius.

     Sang ayah, bersemangat dan pandai, dapat memberikan mereka sebuah rumah yang nyaman, dan keadaan masa kecil Josefa

Halaman xxxvix

PENGANTAR

Superior-nya yang tak berdaya mencegah tindakan iblis-iblis itu. Demikian juga dengan pengaruh dari api yang membakarnya terlihat pada pakaian dan daging-nya; bagian kain yang hangus masih disimpan.
     Hal yang paling meyakinkan dari kunjungan-kunjungan jahat ini (penampakan Setan, turun ke Neraka), yang bagi kebanyakan orang pastilah menakutkan, yaitu adalah bahwa itu semua tidak terlihat mengganggu imajinasi Josefa, ataupun mengganggu keberadaannya yang tenang dan kewarasannya. Demikian juga supernatural ilahi, dengan bukti-bukti sederhana dan bersahaja akan kasih yang diterimanya dari Tuhan kita dan Bunda kita 1) pastilah telah menggerakkan perasaan-perasaannya pada tingkatan yang luar biasa, namun Josefa tetap tenang, diam, dan tampaknya tanpa hasrat alami untuk membicarakan keindahan pengalamannya itu kepada orang lain. Para Ibu memperhatikan betapa Josefa sangat bijaksana, tidak pernah membicarakan mengenai pertolongan-pertolongan yang diperolehnya, kecuali kepada 2 orang saksi yang telah disebutkan. Akhirnya, semua penderitaan (malam-malam yang dihabiskan di Neraka, atau saat memanggul Salib, atau saat memakai Mahkota Duri) yang mungkin seharusnya telah membuat ia memohon-mohon untuk dibebaskan, hanya memberikannya sebuah hasrat yang lebih besar lagi untuk menderita akan cinta kepada Tuhan kita dan bagi jiwa-jiwa.
     Jadi tulisan-tulisannya dan hidupnya menegaskan satu sama lain sebagai bukti bahwa semua yang terjadi padanya adalah asli ilahi. Walaupun hal-hal paling luar biasa yang terjadi memiliki sebuah tujuan dan makna. Tidak ada detil-detil yang tidak berguna, tidak ada catatan wahyu-wahyu yang tidak memberikan secara jernih dan dorongan pada kebenaran secara dogma, yang memberikan kepada kita sebuah wawasan yang lebih dalam tentang Hati Tuhan kita, Cinta-Nya, nilai dari jiwa-jiwa, kebahagiaan Surga, dan kehilangan yang tak dapat diperbaiki lagi dari mereka yang dihukum selamanya.
     Segala sesuatu di dalam kehidupan Josefa adalah pemberian rahmat dan sungguh menggerakkan. Tulisan-tulisan akan Suster yang sederhana ini, yang dianggap bodoh di mata dunia, tidak diragukan lagi akan diteliti dan direnungkan oleh para ahli teologi dan para master kehidupan spiritual, dan seperti pada kasus Santa Theresia dari Kanak-Kanak Yesus, sejumlah buku akan ditulis untuk mengembangkan doktrin mendalam yang terkandung

Halaman xl
di dalam tulisan-tulisan ini, dan akan menyiarkan misteri-misteri cinta. Tetapi tetap lebih baik, bahwa bacaan ini semata-mata memberikan rahmat-rahmat yang tak terhitung dan membawa pada pertobatan dan kekudusan. Dunia mungkin heran akan hal-hal besar yang datang dari satu kehidupan yang sederhana; tetapi tepat di dalam “ke-bukan-apa-apa-annya” inilah terletak bukti yang luar biasa akan keotentikan pesannya.
     Di dalam kenyataan sesungguhnya hal ini juga ditandatangani oleh sebuah Tangan yang tidak lain tidak bukan adalah ilahi.

Digitus Dei est hic  
(Signed) H. Monier Vinard S.J.


-----


1) Penampakan-penampakan yang menyenangkan akan Kanak-kanak Kudus pada Hari Natal... akan Bunda kita, “di dalam segala keindahan dan keibuannya-nya, seperti yang dijelaskan oleh Josefa mengenainya.

Halaman xxxviii

PENGANTAR

tentang  Serikat Hati Kudus kepada Ibu Jendral, Josefa tiba-tiba terkepung dengan sebuah ketakutan buta (karena dorongan iblis) mengatakan bahwa itu semua hanyalah mimpi dan Josefa tidak memiliki Pesan dari Surga untuk dibawakan. Tanpa keraguan atau perenungan akan hal buruk apa yang mungkin dapat dialaminya di mata para Superior-nya, Josefa mengakui derita akan pikirannya, dan kepastian yang dialaminya bahwa semua itu adalah khayalan imajinasinya, dan dia dengan rendah hati memohon agar janganlah dipercayai apapun yang dikatakannya. Bahwa Josefa memiliki kecemasan pada saat itu adalah merupakan suatu bukti akan kebenaran misinya.
      Josefa tidak dapat berpura-pura karena ia benar-benar rendah hati dan melupakan dirinya sendiri; tulisan-tulisannya juga menyatakan kesan-kesan ketulusan yang demikian.
     Dengan perintah Tuhan kita dan Bunda Maria-lah Josefa tetap memberitahukan para Superior-nya tentang segala sesuatu: “Kau harus menulis,” kata Bunda kita kepadanya. Tidak diragukan lagi bahwa ini untuk memastikan bahwa tidak ada kata-kata-NYA yang akan hilang (6 Agustus 1922), tetapi juga tujuan ilahi-Nya akan menjadi tindakan-tindakan Josefa yang harus dikontrol dan disaksikan dari awal hingga akhir. Pada semua yang ditulisnya tidak pernah terlihat kata-kata yang tak berguna, ataupun palsu, ataupun samar; tidak ada yang dapat dimengerti sebagai memuji diri sendiri atau mengkhianati karena bayangan kesombongan. Semuanya benar, masuk akal, menggerakkan dan kudus.
     Kontrol yang sama dilakukan pada tingkatan-tingkatan supernatural-nya. Ketika Josefa dibawa ke neraka, atau ketika ia kembali sadar setelah ekstasi, para Superior-nya hadir;  mereka memperhatikan dengan hati-hati dan dengan mata keibuan akan kembalinya Josefa secara perlahan pada kepentingan-kepentingan hidup, memperhatikan dengan hati-hati kata-kata yang diucapkannya pada saat-saat yang mengesankan itu.
     Ketika Josefa berkomunikasi dengan jiwa-jiwa di Api Penyucian yang datang kepadanya meminta doa-doanya; jika diberikan nama, tanggal jelas, dan tempat kematian, itu semua setelah diselidiki ternyata benar.

     Tidak ada keragu-raguan yang ada mengenai penculikan-penculikan paksa Josefa oleh iblis; mereka membawanya di hadapan para 

Halaman xxxvii

PENGANTAR

KEOTENTIKAN PESAN

     Kami telah dimampukan untuk menyadari bahwa Pesan ini tidak hanya terdiri dari kata-kata yang diberikan kepada Josefa saja, tetapi di dalam seluruh kehidupannya. Dengan keberadaannya, jiwa yang sangat dicintai Yesus ini, berbicara kepada semua yang mau mendengarkan, dan kehidupannya menjadi bukti akan tindakan ilahi terhadapnya.
     Ia sendiri mendengarkan kata-kata Tuhan kita, dan menjadi satu-satunya saksi; namun kehidupannya memberikan kesaksian akan kebenaran dari Pesan tersebut, dan, terlebih lagi, ia dipantau oleh pengamat-pengamat berkualifikasi, yang bersaksi pada kebajikan yang tak dapat disangkal terhadap si kecil, pembawa pesan akan cinta tak terbatas itu, dan pada kenyataan akan keadaan-keadaan supernatural-nya, dan akan bukti-bukti nyata yang sebenarnya tak diinginkan. Semua yang berhubungan dengannya mengatakan tentang kebajikan yang nyata; Josefa tidak bersinar dengan tindakan yang menyolok, sebab dia lebih dapat diteladani daripada dikagumi, tetapi semua merasakan tanpa disadari pengaruh keberadaannya bagi sekitarnya. Tidak mencari kepentingan diri sendiri tetapi penyangkalan diri dalam segala hal, ketaatan yang tak perlu ditanyakan lagi, kelembutan dan kesabaran: semua adalah hasil dari kerendahan hati.
     “Engkau adalah pantulan Suara-Ku,” Kata Tuhan kita kepada Josefa (10 Desember 1922). Dan kenyataannya, semua yang di dalamnya adalah sebuah pantulan keilahian. Semua kebajikannya yang tak dibuat-buat membawanya kepada suatu keyakinan bahwa Tuhan bertindak pada jiwa ini, dan ini dengan sendirinya dapat memberikan bukti yang jernih bahwa komunikasi-komunikasi supernaturalnya berasal dari Tuhan. Bagaimanapun juga, para Superior dan Direkturnya tinggal dalam jangka waktu tertentu yang secara sengaja berjaga-jaga dan tak pasti, dan mereka pantas memeroleh terimakasih dari kita karena kewaspadaan dan kehati-hatian mereka yang secara ulet mengusahakan bukti-bukti.
     Dengan bawaan keterbukaan dan kejujurannya, Josefa tidak dapat mempraktekkan kemauan untuk menipu. Mungkin satu hal yang dapat menjawab pertanyaan apakah Josefa terbawa oleh hati atau imaginasinya – karena ia bukanlah seperti kebanyakan orang-orang kudus lainnya. Tetapi (ini adalah sebuah tanda yang bagus) Josefa hidup di dalam ketakutan yang terus menerus, yang inilah merupakan kasusnya, dan cukup siap, jika para Superiornya menyatakan bahwa ia hanya berilusi, untuk mempertimbangkan segala yang telah terjadi sebagai khayalan. Tindakan seperti itulah yang merupakan karakter Josefa.

     Ketika Josefa pergi ke Roma membawa satu pesan dari Tuhan kita

Halaman xxxvi

PENGANTAR

DIA bahkan suatu hari berkata kepada Josefa: “Aku mencintai jiwa-jiwa bahkan sampai menjadi kebodohan” (27 September 1922).
     Pernyataan tersebut mengejutkan kita, tetapi di Injil pun tidakkah kita membaca hal ini (Injil tidak dapat salah): Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya, sehingga ia tidak menyayangi anak dari kandungannya? Sekalipun dia melupakannya, Aku tidak akan melupakan engkau. Lihat, Aku telah melukiskan engkau di telapak tangan-Ku (Yesaya 49: 15,16). “Biarlah Ia kembali menyayangi kita, menghapuskan kesalahan-kesalahan kita dan melemparkan segala dosa kita ke dalam tubir-tubir laut.” (Mikha 7:19). “Engkaulah yang mencegah jiwaku dari lobang kebinasaan. Sebab Engkau telah melemparkan segala dosaku jauh dari hadapan-Mu.” (Yesaya 38:17). “Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.” (Galatia 2:20).
     Kita dapat menyebut pernyataan-pernyataan ini sebagai kebodohan ilahi!
     Seperti kenyataan akan Neraka, sekali lagi kita Pesan itu menjadi kehidupan Josefa. Penderitaan-penderitaan akan Sengsara yang terus menerus terjadi tak terhentikan di dalam dia, semua pembantaian iblis  dan turun ke Neraka, hanya dengan tujuan: untuk merampas jiwa-jiwa terhilang dan membawa mereka kembali kepada keselamatan dari kecerai-beraian mereka. Di sini kita melihat teladan dari dogma Penebusan dan persekutuan para kudus. Jadi, bagaimanakah mungkin menyangkal di satu pihak keberadaan iblis, Neraka dan Api Penyucian, di lain pihak kuasa setara Penebusan dimana penderitaan ditanggung bagi orang lain? Kenyataan-kenyataan supernatural besar ini kita baca di halaman-halaman selanjutnya yang telah terukir pada Josefa pada daging dan jiwanya sendiri.
     Pesan itu sendiri tidak dapat dikatakan sebagai sebuah wahyu yang baru, tapi hal itu mengungkapkan dengan cara yang paling menyerang akan apa yang telah diajarkan iman kepada kita. Tuhan kita sendiri mengatakan hal ini kepada Josefa: “Aku mengulanginya lagi padamu bahwa apa yang Kukatakan kepadamu ini bukanlah hal yang baru, tetapi jiwa-jiwa memerlukan sebuah dorongan untuk membuat mereka maju, sama halnya dengan nyala api memerlukan bahan bakar untuk membakarnya.”

     Betapa besarnya dorongan akan daya tarik suster kecil yang rendah hati ini sampaikan kepada kita dari Tuannya!

Halaman xxxv

PENGANTAR

tanpa kenyamanan yang hanya iman sajalah yang dapat mengetahuinya.
     Hati Tuhan cenderung menaruh iba terhadap anak-anak-Nya yang putus asa, dan DIA menunjukkan kepada mereka jalan kegembiraan, damai, dan keselamatan.
     Pesan ini tidak hanya diberikan oleh Josefa, tetapi terpancar melalui kehidupannya melalui pekerjaan-pekerjaan Kristus di dalam jiwa Josefa, sebab fakta-fakta lebih diperhitungkan untuk digerakkan daripada hanya sekedar kata-kata.
     Jika siapapun ingin menyadari cinta dari Hati Yesus bagi jiwa-jiwa, biarlah mereka membaca halaman-halaman yang ditulis Josefa, bagaimana ia mendengarkan suara Detak Jantung Tuannya. “Setiap Detak Jantung menarik satu jiwa,” Kata-NYA kepada Josefa (25 September 1920).
     Pastilah kita tidak dapat meragukan kenyataan akan Cinta-Nya, ketika nyala api dari Hati-Nya tampak membakar Josefa dengan sebuah cinta perkasa dan berani sehingga ia berani menderita api neraka untuk menyelamatkan jiwa-jiwa yang dicintai-Nya. Kita juga tidak dapat meragukan Kebesaran Cinta-Nya, ketika untuk tujuan yang sama ia menerima siksaan-siksaan tak terkirakan, dan dia yang mengetahuinya berkata bahwa cintanya, “cintanya yang malang,” bukanlah apa-apa dibandingkan cinta Tuannya, sebagaimana siksaan-siksaan yang dialaminya hanyalah bayangan dari Sengsara-Nya (28 Oktober 1920). Kesedihan Yesus akan hilangnya jiwa-jiwa dan sukacita-Nya pada saat mereka kembali, terlihat jelas di dalam kehidupan Josefa, hal itu membuat tidaklah mungkin bagi kita untuk meragukan kebaikan Cinta-Nya! (25 Agustus 1920; 26 Desember 1920; 2-4 Agustus 1921; 29 Juli 1921; 3, 12, 25 September 1922). “Tolonglah Aku,” Kata-Nya, “Tolonglah Aku untuk membuat Cinta-Ku diketahui manusia, sebab Aku datang untuk mengatakan kepada mereka hanyalah sia-sia mereka mencari kegembiraan yang terpisah daripada-Ku, mereka tidak akan menemukannya. Menderitalah, Josefa, dan cintailah, sebab kita berdua harus memenangkan jiwa-jiwa ini” (13 Juni 1923).
     Kita mendapat firasat akan cinta Hati Kudus yang dashyat yang ada pada Josefa inilah cinta yang sama bagi jiwa-jiwa; sungguhlah nyata dan sejati yang hanya dapat diinspirasikan hanya daripada-NYA.

     Belas kasih tak terbatas, juga, diwujudkan dalam kehidupan Josefa. “Aku akan mencintaimu,” Kata-Nya kepada Josefa pada tanggal 8 Juni 1923, pada Pesta Hati Kudus, “dan dengan cinta yang Kumiliki padamu, jiwa-jiwa akan menyadari betapa Aku mencintai mereka.” “Karena Aku telah begitu sering mengampunimu, mereka akan menyadari belas kasih-Ku.”

Halaman xxxiv

PENGANTAR

tindakan-tindakan kecil kemurahan hati dan cinta, terlebih lagi jika ia mengandalkan Aku, jika ia melemparkan dirinya ke dalam Hati-Ku, dia memberikan Aku kemuliaan yang lebih besar lagi dan melakukan hal lebih baik lagi bagi jiwa-jiwa daripada jika dia tidak jatuh. Apakah kemalangannya berarti bagi-Ku jika dia memberikan-Ku cinta yang Kuinginkan?" (20 Oktober 1922)
     Jadi apa yang Hati Yesus minta dari milik-Nya sendiri adalah kerendahan hati, pengandalan dan cinta.
     (d) Akhirnya, DIA berulangkali menawarkan kepada semua orang pemikiran akan Sengsara-Nya, sebab itu adalah tanda dari Kasih-Nya yang begitu besar bagi umat manusia dan satu-satunya harapan keselamatan.
     Hati-Nya yang sedih dan menderita lagi dan lagi dipersembahkan bagi kita; DIA mendesak dan memohon dengan sangat pada kita di dalam Kebajikan kesakitan-Nya yang tak terkira agar kita kembali kepada-Nya. Betapa besarnya cinta ini sehingga DIA dapat menanggung sengsara yang demikian besar bagi kita, dan pada saat yang bersamaan betapa buruknya orang-orang malang yang melalui kesalahan mereka sendiri telah membiarkan Penebusan ini berlalu dari mereka! Manusia telah menaruh dosa mereka di antara dirinya sendiri dan Tuhan - sebuah permintaan yang sulit dijembatani - tetapi Yesus kita datang dengan penderitaan-Nya, dan melangkahi kedosaan kita, bahkan menyelimuti kejahatan-kejahatan kita dengan Darah-Nya. Jalan menuju keselamatan sekali lagi terbuka, namun hal itu haruslah dan hanya dapatlah diperoleh melalui Sengsara.  Hanya inilah jalan untuk memperoleh kembali kontak dengan Tuhan. Pilihan itu ada antara Sengsara dan Neraka.
     Jadi, pekerjaan jiwa-jiwa yang telah dikonsekrasikan adalah untuk memasuki Sengsara Kristus dan, dengan pengorbanan-pengorbanan pribadi, untuk memberikan buah-buahnya kepada jiwa-jiwa lainnya yang didoakan dan ditebus oleh mereka sendiri.

KEBAIKAN DARI PESAN
     Betapa menohoknya kenyataan tersebut hari ini!
     Dimana-mana dosa terus bertambah sampai pada tingkat yang mengerikan. Kesombongan manusia membuatnya membuang Tuhan dan mencoba membuat surga di bumi. Manusia sejauh ini telah berhasil membuat ruang depan neraka, dimana tak ada hormat, tak bermoral, nafsu-nafsu buruk bergerak bebas; perang-perang mengamuk yang lebih buruk dari perang-perang yang pernah ada, sebagian besar umat manusia menderita kemiskinan dan perbudakan, dan semua

Halaman xxxiii

PENGANTAR

Jauh daripada menjadi suatu rintangan, kesalahaan-kesalahan mereka sendiri merupakan suatu penyemangat untuk menarik semakin dekat pada-Nya.
     Tuhan memberikan anugerah yang sedemikian rupa bagi para pendosa yang dikasihi-Nya, dengan satu syarat, yaitu pertobatan yang sejati, dan sebuah kesiapan untuk berpaling dari kejahatan-kejahatannya karena cinta kepada-Nya.
     Hati-Nya berada di sana menunggu tak sabar dengan cinta sejati akan putera-putera-Nya yang tersesat. DIA meyakinkan mereka sebelumnya akan pengampunan yang cuma-cuma ini. "Bukanlah dosa yang paling menyedihkan Hati-Ku," kata-Nya "tetapi apa yang mencabik dan mengoyakkan-Nya adalah setelah berdosa manusia tidak berlindung lagi di Sana (Hati-Ku)". (29 Agustus 1922).
     Apa yang diinginkan-Nya dan sungguh dihasratkan-Nya adalah pengandalan mereka dalam kebaikan dan belas kasih-Nya yang tak terbatas.
     (c) Bagi yang telah dikonsekrasikan dan demikian merupakan jiwa-jiwa yang secara khusus dikasihi, Yesus mempersembahkan sebuah bagian akan hidup penebusan-Nya. DIA ingin mereka bertindak sebagai perantara-perantara untuk menyelamatkan jiwa-jiwa, dan itulah mengapa DIA meminta semua semangat berkorban dalam cinta. Sebagai satu aturan, tidak ada penderitaan-penderitaan besar yang ditanggung, DIA menanamkan bahwa tindakan-tindakan biasa adalah penting walaupun tampak tak menyolok, jika dilakukan di dalam persatuan dengan-Nya, di dalam semangat korban dan cinta (30 November 1922 dan 2 Desember 1922). Dia menekankan pada nilai dari persembahan yang terkecil, yang bukan saja dapat menuntun mereka pada kekudusan, tetapi akan berpengaruh pada keselamatan banyak jiwa (20 Oktober 1922). Sebaliknya, DIA mengingatkan mereka akan bahaya berkurangnya usaha-usaha mereka dalam hal-hal kecil, yang dapat membawa mereka pada ketidaksetiaan dan akhirnya menghadapkan mereka pada api neraka, dimana penderitaan mereka akan sangatlah besar melampaui penderitan jiwa-jiwa yang kurang dicintai (3 Agustus 1921; 12 Desember 1922; 14, 15, 20, 24 Maret 1923; 4 September 1922).
     Biarlah jiwa-jiwa yang telah dikonsekrasikan menghidupkan kembali pengandalan mereka di dalam Hati Yesus. "Aku mudah memaafkan kelemahan mereka; yang Aku ingin mereka ketahui bahwa setelah kesalahan-kesalahan dan kejatuhan-kejatuhan mereka dengan rendah hati tersungkur ke dalam Hati-Ku, AKU selalu mencintai mereka, dan memaafkan mereka semua." DIA menambahkan: "Tidakkah kau tahu bahwa semakin malang jiwa itu, semakin AKU mencintainya?" "Kenyataan bahwa AKU telah memilih jiwa itu tidak berarti bahwa kesalahan-kesalahannya dan penderitaannya terhapuskan. Namun jika dalam semua kerendahan hati jiwa itu menyadari kegagalannya dan menyilih dengan

Halaman xxxii

PENGANTAR

oleh jiwa-jiwa tersebut yang lubuk hati terdalam mereka menyadari akan kenyataannya dan maksudnya.
     Devosi Hati Kudus tampak sudah kurang bertumbuh, dan sudah kurang dimengerti dengan baik 1); bagi sebagian orang devosi itu tampak sebagai pemotongan dari pujian kepada Kristus secara menyeluruh, atau mungkin seperti kewanitaan terlalu banyak perasaan sedih atau sentimentalitas di dalamnya.
     Tuhan kita bereaksi keras terhadap tanggapan palsu tersebut. DIA menegaskan bahwa tidak ada kesalahan, bahwa sungguhlah Hati-Nya yang berupa daging yang dikoyakkan oleh cambukkan itulah yang dipersembahkanNya bagi umat manusia; Hati-Nya penuh akan cinta dan sebaliknya, hanya sedikit saja yang mencintai-Nya, dan lukaNya yang ternganga menjerit akan betapa dashyatnya kelembutan Kasih-Nya kepada manusia.
     Seperti semua cinta sejati, DIA terserap oleh hasrat supaya ditanggapi di dalam keramahan, dan lebih lagi, hanya agar manusia dapat memeroleh kegembiraan di bumi dan kebahagiaan selamanya. Biarlah mereka yang menolak Cinta-Nya menyadari kengerian neraka tempat dimana mereka akan menghukum diri mereka sendiri... Inilah yang menggugah, agar melalui Josefa, Yesus Kristus dikirimkan ke seluruh dunia.
     (b) Sehingga umat manusia akan tertarik (di sinilah letak kebaruan dan kuasa Pesan tersebut)... Sang Hati Kudus mewujudkan belas kasih-Nya yang tak terbatas melalui Josefa. DIA mengasihi setiap orang, seperti apa adanya mereka, walaupun yang paling hina, bahkan pendosa terbesar sekalipun, hampir dapat dikatakan, khususnya yang paling malang dan berdosa. DIA tidak meminta kualitas-kualitas ataupun kebajikan-kebajikan yang baik dari mereka, tapi hanyalah kemalangan dan dosa-dosa mereka.


-----
1 Pada ensikliknya akan Tubuh Mistikal Kristus (Juni 1943) Paus Pius XII berkata kepada kita bahwa devosi kepada Hati Kudus mempersiapkan jiwa-jiwa untuk mengerti doktrin Kristus Mistikal. Ide untuk menebus sesama yang Tuhan kita lakukan merupakan sebuah elemen inti di dalam devosi Hati Kudus, mewujudkan solidaritas semua orang Kristen - satu sama lain - di dalam persatuan Tubuh Mistikal. Tetapi devosi kepada Kristus Mistikal, sang "keseluruhan" Kristus, dengan jangkauan-jangkauan dan kebesaran-kebesarannya itu, cenderung membuat orang yang berpikiran palsu melihatnya sebagai devosi yang terlalu terbatas, terpusat pada Hati Kristus. Kesalahan ini karena kurangnya pengertian bahwa devosi Hati Kudus diarahkan kepada Kristus yang mengasihi, terluka oleh cinta, dan dengannya semua anggota Tubuh Mistikal dipersatukan dalam kasih ini dengan-Nya dan dengan satu sama lain.

Halaman xxxi

PENGANTAR

adalah keyakinannya, karena ketakutannya dan beberapa kali kebenciannya, ia tadinya (ini apa yang secara tulus Josefa percayai) tidak bersyukur dan tidak setia, sungguhlah tidak menghasilkan apa-apa bagi Tuhan.
     Setelah malam-malam penyiksaan, penghancuran tak terkatakan namun selalu gagah, Josefa bangkit di malam Aturan dan tetap melakukan pekerjaannya seperti biasa, tidak meminta pengecualian dari kehidupannya sehari-hari. Ia terbakar, sungguh, dengan Api Hati Yesus, sebab setelah segala penderitaan neraka dan sungguh berbagi dalam sengsara-sengsara Kristus, ia tidaklah menjadi tak bersemangat ataupun putus asa, tetapi kesediaannya untuk menderita justru bertambah.
     Seperti Santa Margareta Maria, Josefa mempersembahkan dirinya di dalam kurban bagi jiwa-jiwa relijius, bagi para imam, bagi pendosa dalam segala deskripsi. Patuh dan ditinggalkan bagi Kehendak ilahi, ia hanya meminta satu hal, agar mampu menghibur DIA. Josefa siap untuk menderita seribu kemartiran untuk menolong mereka yang ada pada bagian yang paling tak diketahui olehnya, namun dicintainya di dalam dan melalui DIA.
     Seperti yang kami tunjukkan pada bagian awal, Josefa harus menjadi korban agar Pesan tersebut dapat disampaikan dan didengarkan oleh umat manusia yang baginya ia telah menderita begitu banyak.
     Josefa mengetahui Hati Yesus dan Cinta-Nya bagi jiwa-jiwa, lebih berarti daripada yang lainnya untuk menyampaikan Pesan ini ke dunia.

PESAN TERSEBUT
     Itulah satu akan cinta dan belas kasih. Tidak ada di manapun yang secara penuh dinyatakan, namun hal itu ditemukan dalam bagian-bagian seluruh buku ini. Bagian-bagian utamanya diulang, dengan sedikit perubahan verbal.
     Inilah kesimpulan pendeknya:
     (a) Dari semula, Hati Kudus dan kemurahan hati Yesus Kristus bagi umat manusia dibawakan dengan cara yang menyolok. Hal itu juga hampir dapat disebut sebuah wahyu baru akan Hati Kudus, menegaskan dan dalam hal-hal tertentu membuat utuh dan sempurna dari yang sebelumnya diberikan kepada Santa Margareta Maria.
     Lebih dari dua setengah abad berlalu dari tahun 1675, dan devosi-devosi saat ini telah bangkit di dalam Gereja. Pada saat ini, Kristus yang mistikal sangatlah bersemangat (dan sangatlah benar) disayangi

Halaman xxx

PENGANTAR

siksaan paling kecil pun dapat terdengar pengakuan-pengakuan hampa, teriakan kebencian-kebencian mereka, kesakitan dan keputusasaan.
     Bagaimanapun, setelah lama berakhir dimana Josefa kembali pada kehidupan, luluh lantak dan habis-habisan, tubuhnya menderita kesakitan, dia tidak melihat pada penderitaan itu, bagaimanapun beratnya yang harus ditanggungnya, jika dengan hal itu ia dapat menyelamatkan satu jiwa dari siksa abadi yang mengerikan. Perlahan ia mulai dapat bernafas bebas, hatinya mulai bersukacita dengan pemikiran bahwa ia masih dapat mencintai Tuhannya.
     Cinta yang besar inilah yang menahannya walaupun ada waktu-waktu pencobaan menjadi sangat berat baginya. Seperti Yesus di Taman Zaitun, Josefa menghabiskan waktu-waktu yang panjang di dalam penderitaan dan kekesalan. Dia menyadari betapa banyaknya jiwa yang hilang, dan sering menjadi bingung akan kegunaannya turun ke neraka dan harus menanggung siksaan-siksaan. Tapi segera ia mampu mengendalikan dirinya kembali, dan semangatnya yang mengagumkan tidaklah goyah. Kemudian juga, Bunda kita menolongnya: "Saat engkau menderita, kuasa iblis berkurang terhadap jiwa itu." (22 Juli 1921). "Engkau menderita untuk meringankan DIA; tidakkah ini cukup untuk memberikanmu semangat?" (12 Juli 1921).
     Kemudian Tuhan kita menunjukkan padanya hal-hal berharga hasil perbaikan dan penebusan dosa yang telah dialaminya berkali-kali dengan segala siksaan (6 Oktober 1922 dan 5 November 1922), dan mengijinkannya untuk menyaksikan ledakan-ledakan amukan iblis di neraka, saat ada jiwa-jiwa yang berhasil lepas daripadanya yang semula dikiranya telah dicengkeramnya, tapi penebusan dosa yang telah dilakukan Josefa telah melepaskannya. Pemikiran bahwa ia dapat menghibur dan membuat Tuhan kita beristirahat dan memeroleh jiwa-jiwa bagi-Nya membuat rohnya tetap heroik dan membuat semangatnya menyala-nyala.
     Walaupun secara insting gentar saat bertemu iblis yang memiliki kekuatan dan keinginan balas dendamnya yang sangatlah diketahui Josefa melalui pengalaman pribadinya, tapi dia tidak pernah membiarkan ketakutannya mengabaikan tugasnya. Suatu ketika iblis membawanya hampir setiap hari pada saat Josefa sedang bekerja; ia tahu hal itu akan terjadi dan memikirkan penangkapannya itu membuatnya gemetar, tetapi dengan berani ia terus maju, dan keesokan harinya ia selalu masih teguh hingga tidak menghentikannya saat diteror.
     Dalam kesetiaannya yang heroik, mungkin yang paling dikagumi

Halaman xxix

PENGANTAR

     Ketika Setan dengan segala kekuatannya dan seorang manusia lemah dipertemukan di dalam pertempuran abadi, Tuhan menempatkan Kuasa-Nya pada konflik itu dan membekali jiwa dengan daya tahan manusia super. DIA menganugerahinya energi yang tak tertaklukkan dan membuatnya mampu mengatasi segala pencobaan dan setiap penderitaan. Kuasa iblis terpatahkan dalam kelemahan Josefa yang ulet, yang (walaupun "bukan apa-apa dan malang," demikianlah Tuhan kita menyebutnya) dengan pertolongan ilahi menang atas "manusia kuat bersenjata". Tetapi Tuhan sendiri tahu apa yang ditanggungnya.
     Bahkan sebagai seorang postulan, bermandikan tiupan-tiupan, yang dilakukan oleh tinju yang tak kelihatan, yang ditujukan padanya siang dan malam, khususnya ketika ia sedang berdoa dan mengulangi kesungguhannya untuk selalu beriman. Pada waktu lainnya ia dengan kekerasan ditarik dari kapel, atau dicegah masuk ke dalam kapel. Lagi dan lagi, iblis menampakkan diri padanya dalam rupa anjing, ular yang mengerikan, atau bahkan lebih buruk, dalam bentuk manusia.
     Segera penculikan paksa itu menjadi sering, walaupun di bawah pengawasan para superiornya. Di depan mata mereka sendiri, Josefa tiba-tiba menghilang, dan setelah lama dicari ia akan didapatkan telah dilempar ke loteng, atau di bawah furnitur berat, atau di tempat-tempat tidak lazim. Di hadapan mereka, dia terbakar tanpa sang iblis terlihat, mereka melihat baju dan tubuhnya, tak diragukan, dilahap api yang menyebabkan luka-luka yang memerlukan waktu yang lama untuk disembuhkan.
    Terakhir, muncullah fenomena 1) yang jarang dialami oleh para kudus: Tuhan mengijinkan iblis untuk membawanya ke neraka. Di sana Josefa menghabiskan waktu berjam-jam, terkadang seluruh malam, dalam penderitaan yang tak terungkapkan. Walaupun dia ditarik pada jurang maut lebih dari seratus kali, setiap kali ke sana  kelihatan baginya bagai yang pertama kalinya, dan tampak berlangsung berabad-abad lamanya. Dia menahan segala siksa neraka, dengan pengecualian tiada kebencian pada Tuhan. Pada


-----
1) Sejumlah pria dan wanita kudus memiliki penglihatan akan neraka; hanya sedikit yang benar-benar masuk pada kedalamannya, hanya sedikit lagi saja yang mengalami masuk ke sana secara berulang kali seperti yang dialami Suster Josefa untuk menebus para pendosa. Santa Veronica Giuliani, lahir tahun 1660 dan meninggal tahun 1727, seangkatan dengan Santa Margaretha Maria, kelihatannya seperti Suster Josefa telah menjadi korban penebusan dosa, dan memiliki pengalaman yang sama ini.

Halaman xxviii

PENGANTAR

panggilan mereka 1), sebab mereka telah mengambil bagi diri mereka sendiri dosa orang lain, mereka juga tahu akan menanggung konsekuensi yang mengikutinya. Ketika seseorang setuju untuk berdosa, entah disadari atau tidak, ia memberikan iblis kekuatan besar atas mereka, kekuatan bujukan dan kerasukan. Hal ini tidak terlalu diperhatikan sebagai sebuah aturan, sebab iblis tangguh dalam hal menipu dan menghindari untuk mengganggu dia yang telah berada pada perangkapnya. Namun ia memperkuat apa yang jahat pada mangsanya (yang belum berada pada perangkapnya), melipat-gandakan kesempatan berdosa dan memati-rasakan jiwa, sampai jiwa itu tenggelam ke dalam tingkat mati suri yang sangat fatal.
     Bagaimanapun ketika iblis dipertemukan dengan penolakan yang ulet dari jiwa korban yang telah menggantikan tempat pendosa, ia menggunakan kuasa-kuasa yang diperolehnya dari si pendosa untuk menyiksa sang pengganti.
     Iblis adalah suatu kenyataan, dan ia berhubungan dengan para kudus Tuhan dengan menunjukkan dirinya dalam kejahatan yang tak tersembunyi dalam rupa dan alam kebusukannya. Kekejaman-kekejaman apa yang seharusnya yang akan dilakukannya pada jiwa-jiwa terkutuk dan miliknya selamanya, jika ia tidak menaruh belas kasih pada mereka, dan lagi ia tidak memiliki batas laju? Siapa yang akan berani menegaskan bahwa pelajaran semacam itu tak berguna, terutama di saat-saat kita ini?
     Tuhan juga menegaskan kesombongan akan roh kegelapan, yang walaupun dengan segala kuasa dan amukannya tidaklah membuat kemajuan, tetapi tetap kalah, yang menambah besar kemuliaan Tuhan.
     Demikian pula dengan Suster Josefa.
     Iblis mencoba dengan segala usaha untuk menipu dan memerdayanya, menyamar sebagai "malaikat terang", bahkan lebih jauh lagi sebagai Yesus Kristus sendiri. Tapi bagaimanapun, sangat sering iblis mencoba membelokkannya dari jalan yang dipilihkan bagi Josefa dengan menimbulkan kesakitan yang menyedihkan secara fisik.


-----
1) Lihat khususnya pembataian jahat yang ditanggung oleh Santa Margaret dari Cortona, Santa Veronica Giuliani, Curé d'Ars, dan Suster Marie de Jésus-Crucifié, yang hidupnya telah ditulis oleh V.R.F. Buzy, Superior General of the Fathers of Bétharram, dan banyak lagi yang lainnya.

Halaman xxvii

PENGANTAR

Salib-Ku, paku-paku-Ku dan Mahkota. Aku mencari jiwa-jiwa” (17 Juni 1923).
Contoh-contoh ini cukuplah; sungguh banyak di buku ini. Sebagai korban penebusan, Josefa berbagi penyiksaan-penyiksaan dengan Yesus, dan keseluruhan dirinya, dapat dikatakan, dipenuhi dengan derita tak terkatakan. Bersatu dengan Yesus di Salib, ia tersiksa dengan penderitaan-penderitaan-Nya, habis dengan segala hasrat-Nya; dahaga-Nya yang membara akan keselamatan jiwa-jiwa mendesak Josefa untuk melakukan segala perbaikan dan penebusan dalam dayanya.

(b) Penganiayaan-penganiayaan jahat
Dan Tuhan mengijinkan pencobaan-pencobaan di segala cara untuk menghujani Josefa. Jika bukan penyakit salah satunya (siapa tahu, sebab dia tidak pernah mengeluh), juga penganiayaan dari manusia (tidak seperti Margaretha Maria, tampaknya terbebas dari penganiayaan kehidupan relijius dan keluarga), sebaliknya, lebih banyak dari yang lainnya, Josefa diserahkan kepada amukan Setan. Ini tidaklah mengejutkan.
Ada beberapa orang kudus yang tak kentara hidup di dalam amukan Setan. Kristus di dalam kemuliaan Surga melampaui jangkauan Setan, yang sebagai musuh pribadi-Nya tidak berbelas kasih memberi kesakitan apapun untuk menggagalkan penyebaran Kerajaan Allah di bumi. Semakin jiwa dikasihi Kristus, semakin dashyatlah serangan-serangannya; ini tidak diragukan, dengan harapan untuk menambah jumlah mereka yang tertipu olehnya, di atas semuanya itu dengan harapan jahat merampas dari Kristus jiwa-jiwa yang dikasihi-Nya dan yang telah dibayar-Nya dengan harga yang begitu tinggi dengan menumpahkan Darah Berharga-Nya. Untuk itu Setan memilih para kudus dan jiwa-jiwa yang telah dikonsekrasikan untuk dinodai, dirayu dan dihina, dan ia melemparkan dirinya sendiri pada mereka. Di atas segalanya, Setan membenci jiwa-jiwa korban, jadi Josefa pun secara khusus dibencinya.
Josefa telah berkorban dengan sukacita dari tiga hal yang dipegangnya di dunia ini: ibunya, saudarinya, dan negaranya; ia telah memberikan dirinya bagi keselamatan para pendosa, dan untuk itu ia merampas banyak jiwa dari api neraka. Untuk itulah Setan menjadikannya bulan-bulanan. Setan diijinkan oleh Tuhan untuk memiliki kuasa atas jiwa-jiwa korban. Sungguh hal inilah yang mengikuti

Halaman xxvi

PENGANTAR

membawakan padamu Salib-Ku, sehingga kau mengurangi beban pada Diri-Ku”  (26 Juli 1921). “Aku ingin engkau menjadi sang orang Kirene bagi-Ku; engkau akan menolong aku memikul Salib-Ku” (23 Februari 1922). “Biarlah Salib-Ku menjadi salibmu” (30 Maret 1923).
     Tak terhitung berapa kali DIA telah meletakkannya pada pundaknya yang rela menanggung selama berjam-jam, bahkan seluruh siang dan malam. DIA mempercayakannya dengan Mahkota Duri-Nya, yang DIA tinggalkan baginya dalam jangka waktu yang lama, sehingga seperti DIA, Josefa tidak mengetahui dimana ia dapat mengistirahatkan kepalanya. “Aku akan meninggalkan bagimu Mahkota-Ku... Janganlah mengeluh akan kesakitan... sebab dengan demikian engkau berbagi kesakitan-Ku” (26 November 1920). “Mahkota-Ku... Dengan itu Aku akan mengitari sendiri kepalamu” (17 Juni 1923). Ia membuatnya merasakan kesakitan akan lambung-Nya. Bunda kita berkata kepada Josefa: “Kesakitan ini adalah sebuah pancaran dari Hati Putera-ku; pada saat terparahnya, ketahuilah bahwa itu adalah sebuah tanda dimana ada jiwa sedang melukai-Nya secara mendalam. (20 Juni 1921).
     DIA ingin Josefa merasakan kesakitan akan paku-paku di kedua tangan dan kakinya: “Aku akan memberikan padamu sebuah tanda baru akan Cinta-Ku. Hari ini engkau akan berbagi dengan-Ku kesakitan akan paku-paku” (16 Maret 1923).
     Sekali lagi DIA berkasih mesra dengannya dengan penderitaan Hati dan Jiwa-Nya: “Setiap hari Jumat, dan khususnya pada Jumat pertama, Aku akan berbagi kepahitan penderitaan Hati-Ku, dan engkau akan mengalami penyiksaan-penyiksaan Sengsara-Ku dengan cara tertentu” (4 Februari 1921).
     Pada tanggal 1 Maret 1922, DIA menampakkan diri pada Josefa, Wajah-Nya berlumuran darah. “Mendekatlah” Kata-Nya, “Datang dan beristirahatlah di Hati-Ku; dan ambilah bagian dari kesakitan yang menyedihkan ini.”
     “Kemudian DIA menarikku mendekat ke Hati-Nya, dan jiwaku dipenuhi dengan derita dan kepahitan yang menyedihkan yang tidak dapat kujelaskan.”

     Seperti DIA, Josefa menderita bagi orang lain: “Aku ingin engkau menderita secara keseluruhan agar engkau dapat memperoleh jiwa-jiwa.” (21 Desember 1920). “Ada satu jiwa yang amat menyedihkan melukai Aku... janganlah takut jika engkau merasa ditinggalkan seluruhnya, sebab Aku akan membagikan penderitaan Hati-Ku” (13 September 1921). “tanggunglah Salib-Ku, hingga jiwa itu menyadari kebenaran” (24 Maret 1923). “Ambilah

Halaman xxv

PENGANTAR

memberikan kemuliaan bagi kesempurnaan kasih-Nya yang tak terbatas melalui cinta mereka, demikianlah dengan jiwa-jiwa korban itu: saat mereka berkontemplasi dengan-Nya, DIA menyingkapkan dengan Kasih-Nya yang dashyat bagi jiwa-jiwa dan dengan kesedihan yang memenuhi-Nya akan hilangnya para pendosa. Pemandangan akan hal ini menyakitkan hati mereka, dan kerinduan mereka untuk menghibur Kristus tidak dipuaskan hanya dengan kata-kata cinta; namun hal itu membangkitkan semangat mereka. Apapun harganya, mereka akan memenangkan jiwa-jiwa bagi-Nya, dan DIA tetap menyalakan semangat yang lebih lagi. Itulah cinta akan Hati Kudus-Nya sendiri, yang dikomunikasikan-Nya pada mereka, yang karenanya mereka mencintai pendosa; cinta yang memberikan mereka suatu daya tahan super manusia, yang dengan baik dijelaskan dalam kata-kata Josefa sendiri:
     “Selama dua atau tiga minggu terakhir, aku merasakan sebuah hasrat yang dashyat untuk menderita. Ada waktu dimana pemikiran itu menakutkanku. Ketika Yesus berkata padaku bahwa DIA telah memilih aku sebagai koban-Nya seluruh diriku bergetar; tetapi sekarang, hal itu berbeda. Ada hari-hari dimana aku menahan penderitaan yang sedemikian rupa sehingga jika DIA tidak menahan aku, seharusnya aku sudah mati, tidak ada bagian daripadaku yang bebas dari rasa sakit! ... Walaupun demikian, jiwaku rindu untuk menanggung penderitaan yang lebih menyedihkan lagi bagi-Nya, walaupun tidak tanpa keengganan di bagian bawah akan kesadaranku. Ketika kesakitan-kesakitan ini menyerangku aku terguncang dengan ketakutan dan secara insting menarik diri, tetapi di sana aku diberikan sebuah kekuatan kehendak untuk menerima, berhasrat dan menginginkan agar menderita lebih lagi, sehingga jika pilihan yang ditawarkan padaku adalah antara rasa sakit yang diteruskan dan Surga, aku sungguh lebih memilih untuk terus berada dalam kesakitan itu, jika dengan melakukan itu aku dapat menghibur Hati-Nya, walaupun Tuhan tahu betapa aku ingin selamanya berada bersama-Nya. Aku tahu bahwa perubahan ini telah ditempa padaku oleh Yesus.” (30 Juni 1921).
     Josefa sungguh benar, perubahan itu tidak berasal dari dirinya sendiri, tetapi dari Yesus, atau tidakkah lebih baik kita katakan itu adalah kekuatan-NYA, perasaan-NYA, hasrat-NYA dan penderitaan-NYA yang diteruskan-NYA kepada Josefa? 1)
“Sebagaimana engkau siap untuk menderita, marilah kita menderita bersama” (19 Desember 1920), dan DIA memberikan kepada Josefa Salib-NYA: “Yesus datang dengan Salib-Nya, yang ditempatkan-Nya pada pundak-pundakku” (18 Juli 1920). “Aku datang


-----


1 “Hati-Ku dapat beristirahat untuk mengkomunikasikan perasaan-perasaan itu. Aku datang untuk beristirahat di dalam hatimu ketika satu jiwa bersedih bagi-Ku, dan kerinduan-KU untuk melakukannya dengan baik itulah yang kuberikan kepadamu dan menjadi milikmu.” (23 Oktober 1922)

Halaman xxiv

PENGANTAR

secara sukarela terpisah. Untuk inilah Kristus berusaha untuk menjangkau melalui jiwa-jiwa yang dipakai-Nya sebagai saluran-saluran belas kasih-Nya. Mereka yang paling berbuah dari seluruh cabang pohon anggur mistik. Dipenuhi dengan sari yang mengalir dari Kristus sendiri, dan bersatu utuh dengan-Nya, dengan solidaritas mereka terhadap pendosa yang bertanggung jawab atas dosa-dosanya; sehingga dengan bersatu dengan pendosa dan satu dengan Kristus, di dalam mereka dan oleh mereka, rahmat dikomunikasikan. Mereka adalah jiwa-jiwa korban.
     Betapa harus intimnya mereka dengan Sang Tersalib jika mereka harus melakukan bagian mereka sebagai bagian kontrak yang penuh! Bersatu utuh dengan-Nya harus tersiratkan, sementara DIA pada bagian-Nya meninggalkan jejak pada jiwa, hati dan tubuh mereka gambaran hidup dari Sengsara-Nya yang menyedihkan.
     Semua penderitaan-Nya diperbarui di dalam mereka: mereka akan dipertentangkan, dibantai, direndahkan, disesah, dan disalibkan; dan apa yang gagal dihasilkan manusia, Tuhan sendirilah yang akan menyediakan kesakitan, penderitaan, stigmata, yang akan membuat mereka sebagai salib-salib yang hidup.
     Betapa besarnya kuasa perantara dari jiwa-jiwa itu! Betapa mujarab-nya perantaraan mereka, ketika mereka memohon belas kasih, pengampunan dan keselamatan ilahi bagi saudara-saudari mereka; ketika di dalam mereka dan melalui mereka, Darah Berharga Kristus, tak terbatas lebih berkuasa daripada Abel yang menjerit kepada Bapa!
     Beginilah, bagaimanapun, jika dihubungkan dengan beberapa orang kudus,terutama Santo Fransiskus dari Asisi, bahwa Sengsara itu, sebagaimana adanya, tinggal di dalam mereka, rencana Tuhan terutama tampaknya membentuk mereka menjadi salinan-salinan yang telah selesai dari Sang Tersalib. Tanggapan Tuhan kepada kasih yang mengagumkan akan Sengsara-Nya, dan Dia membuat mereka merasakan baik secara fisik ataupun moral penyiksaan-penyiksaan Putera Terkasih-Nya.
     Ada sebuah tujuan yang lebih jauh sehubungan dengan korban-korban penebusan: DIA tampaknya merampas hak mereka demi jiwa-jiwa lainnya, sebab Sengsara Kristus, setelah menandainya dengan tandanya, melalui mereka, untuk memberikan hasil di dalam pendosa yang kepada mereka para korban itu telah menderita rahmat-rahmat pengorbanan Kalvari.

     Untuk itu mereka adalah para penebus penyerta (co-redeemers) di dalam artian kata yang penuh; kasih pada sesama telah mereka mendesak mereka, misi mereka berbeda dari orang lain. Sebagaimana Tuhan berkenan mengijinkan jiwa-jiwa lainnya yang kita bicarakan untuk merenungkan DIA,