PENGANTAR
KEOTENTIKAN PESAN
Kami telah
dimampukan untuk menyadari bahwa Pesan ini tidak hanya terdiri dari kata-kata
yang diberikan kepada Josefa saja, tetapi di dalam seluruh kehidupannya. Dengan
keberadaannya, jiwa yang sangat dicintai Yesus ini, berbicara kepada semua yang
mau mendengarkan, dan kehidupannya menjadi bukti akan tindakan ilahi
terhadapnya.
Ia sendiri
mendengarkan kata-kata Tuhan kita, dan menjadi satu-satunya saksi; namun kehidupannya
memberikan kesaksian akan kebenaran dari Pesan tersebut, dan, terlebih lagi, ia
dipantau oleh pengamat-pengamat berkualifikasi, yang bersaksi pada kebajikan
yang tak dapat disangkal terhadap si kecil, pembawa pesan akan cinta tak
terbatas itu, dan pada kenyataan akan keadaan-keadaan supernatural-nya, dan
akan bukti-bukti nyata yang sebenarnya tak diinginkan. Semua yang berhubungan
dengannya mengatakan tentang kebajikan yang nyata; Josefa tidak bersinar dengan
tindakan yang menyolok, sebab dia lebih dapat diteladani daripada dikagumi,
tetapi semua merasakan tanpa disadari pengaruh keberadaannya bagi sekitarnya.
Tidak mencari kepentingan diri sendiri tetapi penyangkalan diri dalam segala
hal, ketaatan yang tak perlu ditanyakan lagi, kelembutan dan kesabaran: semua
adalah hasil dari kerendahan hati.
“Engkau adalah
pantulan Suara-Ku,” Kata Tuhan kita kepada Josefa (10 Desember 1922). Dan kenyataannya,
semua yang di dalamnya adalah sebuah pantulan keilahian. Semua kebajikannya
yang tak dibuat-buat membawanya kepada suatu keyakinan bahwa Tuhan bertindak
pada jiwa ini, dan ini dengan sendirinya dapat memberikan bukti yang jernih
bahwa komunikasi-komunikasi supernaturalnya berasal dari Tuhan. Bagaimanapun
juga, para Superior dan Direkturnya tinggal dalam jangka waktu tertentu yang secara
sengaja berjaga-jaga dan tak pasti, dan mereka pantas memeroleh terimakasih
dari kita karena kewaspadaan dan kehati-hatian mereka yang secara ulet
mengusahakan bukti-bukti.
Dengan bawaan
keterbukaan dan kejujurannya, Josefa tidak dapat mempraktekkan kemauan untuk
menipu. Mungkin satu hal yang dapat menjawab pertanyaan apakah Josefa terbawa
oleh hati atau imaginasinya – karena ia bukanlah seperti kebanyakan orang-orang
kudus lainnya. Tetapi (ini adalah sebuah tanda yang bagus) Josefa hidup di
dalam ketakutan yang terus menerus, yang inilah merupakan kasusnya, dan cukup
siap, jika para Superiornya menyatakan bahwa ia hanya berilusi, untuk
mempertimbangkan segala yang telah terjadi sebagai khayalan. Tindakan seperti
itulah yang merupakan karakter Josefa.
Ketika Josefa
pergi ke Roma membawa satu pesan dari Tuhan kita