Halaman xxxvii

PENGANTAR

KEOTENTIKAN PESAN

     Kami telah dimampukan untuk menyadari bahwa Pesan ini tidak hanya terdiri dari kata-kata yang diberikan kepada Josefa saja, tetapi di dalam seluruh kehidupannya. Dengan keberadaannya, jiwa yang sangat dicintai Yesus ini, berbicara kepada semua yang mau mendengarkan, dan kehidupannya menjadi bukti akan tindakan ilahi terhadapnya.
     Ia sendiri mendengarkan kata-kata Tuhan kita, dan menjadi satu-satunya saksi; namun kehidupannya memberikan kesaksian akan kebenaran dari Pesan tersebut, dan, terlebih lagi, ia dipantau oleh pengamat-pengamat berkualifikasi, yang bersaksi pada kebajikan yang tak dapat disangkal terhadap si kecil, pembawa pesan akan cinta tak terbatas itu, dan pada kenyataan akan keadaan-keadaan supernatural-nya, dan akan bukti-bukti nyata yang sebenarnya tak diinginkan. Semua yang berhubungan dengannya mengatakan tentang kebajikan yang nyata; Josefa tidak bersinar dengan tindakan yang menyolok, sebab dia lebih dapat diteladani daripada dikagumi, tetapi semua merasakan tanpa disadari pengaruh keberadaannya bagi sekitarnya. Tidak mencari kepentingan diri sendiri tetapi penyangkalan diri dalam segala hal, ketaatan yang tak perlu ditanyakan lagi, kelembutan dan kesabaran: semua adalah hasil dari kerendahan hati.
     “Engkau adalah pantulan Suara-Ku,” Kata Tuhan kita kepada Josefa (10 Desember 1922). Dan kenyataannya, semua yang di dalamnya adalah sebuah pantulan keilahian. Semua kebajikannya yang tak dibuat-buat membawanya kepada suatu keyakinan bahwa Tuhan bertindak pada jiwa ini, dan ini dengan sendirinya dapat memberikan bukti yang jernih bahwa komunikasi-komunikasi supernaturalnya berasal dari Tuhan. Bagaimanapun juga, para Superior dan Direkturnya tinggal dalam jangka waktu tertentu yang secara sengaja berjaga-jaga dan tak pasti, dan mereka pantas memeroleh terimakasih dari kita karena kewaspadaan dan kehati-hatian mereka yang secara ulet mengusahakan bukti-bukti.
     Dengan bawaan keterbukaan dan kejujurannya, Josefa tidak dapat mempraktekkan kemauan untuk menipu. Mungkin satu hal yang dapat menjawab pertanyaan apakah Josefa terbawa oleh hati atau imaginasinya – karena ia bukanlah seperti kebanyakan orang-orang kudus lainnya. Tetapi (ini adalah sebuah tanda yang bagus) Josefa hidup di dalam ketakutan yang terus menerus, yang inilah merupakan kasusnya, dan cukup siap, jika para Superiornya menyatakan bahwa ia hanya berilusi, untuk mempertimbangkan segala yang telah terjadi sebagai khayalan. Tindakan seperti itulah yang merupakan karakter Josefa.

     Ketika Josefa pergi ke Roma membawa satu pesan dari Tuhan kita