Halaman xxx

PENGANTAR

siksaan paling kecil pun dapat terdengar pengakuan-pengakuan hampa, teriakan kebencian-kebencian mereka, kesakitan dan keputusasaan.
     Bagaimanapun, setelah lama berakhir dimana Josefa kembali pada kehidupan, luluh lantak dan habis-habisan, tubuhnya menderita kesakitan, dia tidak melihat pada penderitaan itu, bagaimanapun beratnya yang harus ditanggungnya, jika dengan hal itu ia dapat menyelamatkan satu jiwa dari siksa abadi yang mengerikan. Perlahan ia mulai dapat bernafas bebas, hatinya mulai bersukacita dengan pemikiran bahwa ia masih dapat mencintai Tuhannya.
     Cinta yang besar inilah yang menahannya walaupun ada waktu-waktu pencobaan menjadi sangat berat baginya. Seperti Yesus di Taman Zaitun, Josefa menghabiskan waktu-waktu yang panjang di dalam penderitaan dan kekesalan. Dia menyadari betapa banyaknya jiwa yang hilang, dan sering menjadi bingung akan kegunaannya turun ke neraka dan harus menanggung siksaan-siksaan. Tapi segera ia mampu mengendalikan dirinya kembali, dan semangatnya yang mengagumkan tidaklah goyah. Kemudian juga, Bunda kita menolongnya: "Saat engkau menderita, kuasa iblis berkurang terhadap jiwa itu." (22 Juli 1921). "Engkau menderita untuk meringankan DIA; tidakkah ini cukup untuk memberikanmu semangat?" (12 Juli 1921).
     Kemudian Tuhan kita menunjukkan padanya hal-hal berharga hasil perbaikan dan penebusan dosa yang telah dialaminya berkali-kali dengan segala siksaan (6 Oktober 1922 dan 5 November 1922), dan mengijinkannya untuk menyaksikan ledakan-ledakan amukan iblis di neraka, saat ada jiwa-jiwa yang berhasil lepas daripadanya yang semula dikiranya telah dicengkeramnya, tapi penebusan dosa yang telah dilakukan Josefa telah melepaskannya. Pemikiran bahwa ia dapat menghibur dan membuat Tuhan kita beristirahat dan memeroleh jiwa-jiwa bagi-Nya membuat rohnya tetap heroik dan membuat semangatnya menyala-nyala.
     Walaupun secara insting gentar saat bertemu iblis yang memiliki kekuatan dan keinginan balas dendamnya yang sangatlah diketahui Josefa melalui pengalaman pribadinya, tapi dia tidak pernah membiarkan ketakutannya mengabaikan tugasnya. Suatu ketika iblis membawanya hampir setiap hari pada saat Josefa sedang bekerja; ia tahu hal itu akan terjadi dan memikirkan penangkapannya itu membuatnya gemetar, tetapi dengan berani ia terus maju, dan keesokan harinya ia selalu masih teguh hingga tidak menghentikannya saat diteror.
     Dalam kesetiaannya yang heroik, mungkin yang paling dikagumi