Halaman xxii

PENGANTAR

berkenaan padanya. “Dan kau, kau akan hidup dalam kekaburan yang mendalam, dan karena engkau adalah korban yang Kupilih, engkau akan menderita, dan terbebani oleh penderitaan hingga engkau akan mati. Janganlah mencari istirahat ataupun pengurangan; kau tidak akan menemukannya, karena itulah kehendak-Ku. Namun cinta-Ku akan menahanmu, dan kau tidak akan pernah mengecewakan-Ku.”
     Sebelum ia menahan siksa yang tajam dan mengoyakkan, DIA telah meminta dan mendapatkan persetujuan darinya; sebab walaupun DIA adalah Tuhan dan Tuan yang berdaulat penuh, IA tetap menghormati kebebasan mahkluk ciptaan-Nya.
     “Apakah kau mau?...” Kata-Nya kepada Josefa, dan ketika ia gentar terhadap hal itu di hadapan-Nya, DIA meninggalkannya. Suster Josefa merasa sedih ketika DIA pergi, tetapi Bunda Maria datang, dan berkata pada anaknya itu: “Jangan lupa bahwa cintamu itu bebas.”
Beberapa kali Josefa mencoba melarikan diri dari jalan yang ada di hadapannya, kemudian Yesus meninggalkannya, hanya setelah berkali-kali dia memanggil DIA barulah DIA datang kembali menerima persembahan kehendaknya yang telah ditanyakan-Nya dengan perandaian. Biasanya ia menerimanya dengan kemurahan hati. 1)
     “Aku mempersembahkan diriku sendiri untuk melayaniMu di setiap cara yang Engkau pilih.” Tuhan mengetahui Diri-Nya sendiri, bebas bertindak di segala cara yang dipilih-Nya, dan sekali lagi DIA berkata: “Aku adalah Tuhanmu, engkau adalah milik-Ku; dari kehendak bebas-Mu, telah kauserahkan sendiri. Sejak sekarang engkau tidak dapat menolak Aku akan apapun juga.” (23 Juli 1922). “Jika engkau tidak menyerahkan dirimu sendiri kepada kehendak-Ku, apakah yang dapat Kuperbuat?” (21 April 1922).
     Ia berserah; seperti Tuannya Josefa rela menjadi korban: “Oblatus est quia Ipse voluit.” Seperti DIA, juga, dia akan menjadi sebuah korban murni. Bagaimanakah seseorang menyilih dosa orang lain, padahal ia sendiri harus menyilih dosanya sendiri? Dari kelahiran Josefa Tuhan telah membungkusnya...

-----

1 Tidak ada yang dipaksakan padanya oleh Tuhan; DIA tidak memaksa mahkluk-Nya yang ragu-ragu, namun dengan kemampuan ilahi-Nya ia mengejar tujuan-Nya untuk mendapatkan persetujuannya. Setiap Josefa mundur karena ketakutan, Tuhan kita meninggalkannya tanpa mencela; tetapi kepergian-Nya mendukakan Josefa sehingga ia semakin menerima permintaan-Nya dengan murah hati. Juga, Yesus tidak langsung mengatakan kepadanya bahwa Ia menginginkan dia menjadi Pembawa Pesan-Nya kepada dunia, Josefa akan sangat syok jika demikian; tetapi DIA hanya meminta kemurahan hati Josefa: “Apakah engkau mau untuk menderita? Dan apakah engkau mau menjadi seorang korban? Jika seorang korban, itu berarti sebuah pertanyaan untuk menderita, dan tak menyolok di hadapan dunia. Josefa menerimanya.