PENGANTAR
DIA bermaksud untuk bertindak sebagai
perantara-perantara: mereka harus menderita dan memperbaiki kesalahan bagi
mereka yang memperoleh keuntungan dari pengorbanannya, baik dengan menurunkan
rahmat-rahmat pengampunan bagi mereka, atau dengan bertindak sebagai jubah yang
menutupi dosa-dosa mereka di hadapan keadilan ilahi. Hal itu beralasan agar
tidak ada orang yang dengan inisiatif mereka sendiri mengambil peranan tersebut
bagi dirinya sendiri. Persetujuan ilahi disyaratkan sebelum satu jiwa berani
menengahi antara Tuhan dan mahkluk-Nya. Tidak akan ada nilainya dalam
persembahan yang demikian jika Tuhan menolak untuk mendengarkan doa itu.
Sudah ada di
Perjanjian Lama korban-korban dari macam tertentu yang hanya dapat
dipersembahkan kepada Tuhan. Untuk dapat diterima korban-korban itu harus tak
bercela, tanpa noda, jantan-jantan satu tahun, dan di atas semuanya itu
persembahan harus dibuat oleh seorang imam menurut ritual yang ditentukan untuk
dipatuhi secara ketat, dan yang tidak hanya melambangkan disposisi dari imam
yang bertugas, tetapi juga merupakan simbol bagi penyumbang korban.
Di dalam
Perjanjian Baru sebuah korban baru menggantikan yang lama; Yesus Kristus adalah
satu-satunya Perantara, satu-satunya Imam, satu-satunya Korban, dan
Pengorbanan-Nya tidak lagi simbolik, tetapi nyata dan tak terbatas.
Jika demikian,
Yesus Kristus ingin menghubungkan para korban lainnya dengan Diri-Nya sendiri,
mereka harus secara erat bersatu dengan-Nya, dan merasakan perasaan-Nya, agar
dapat secara penuh masuk di dalam pengorbanan-Nya; oleh karenanya hanya bisa
jika mereka adalah manusia yang dikaruniakan kepandaian dan kehendak.
DIA sendiri
memilih orang-orang ini, dan karena mereka bebas, DIA menanyakan mereka
terlebih dahulu untuk kerjasamanya secara sukarela. Mereka yang menerimanya
menaruh dirinya sendiri pada belas kasih-Nya, dan DIA kemudian akan memakai
mereka dengan hak penuh.
Berasimilasi
dan berubah ke dalam Kristus, Korban-Jiwa menyatakan perasaan-perasaan Yesus
Kristus kepada Allah Bapa; dan kepada Kristus Sendiri melalui salah satu perbuatannya
akan kerendahan hati, silih, dan penebusan dosa, perasaan-perasaan yang
menghidupkan jiwa-jiwa yang diwakilinya.
Dan karena hal
ini mengidentifikasikan Kristus, Korban-Jiwa itu berbagi derita sengsara-Nya
dan mengalami, dalam tingkatan yang lebih besar atau kurang, bervariasi namun
umumnya adalah cara-cara manusia super, mengalami penyiksaan-penyiksaan dan
penderitaan-penderitaan yang dialami-Nya.