Halaman xx

PENGANTAR



DIA bermaksud untuk bertindak sebagai perantara-perantara: mereka harus menderita dan memperbaiki kesalahan bagi mereka yang memperoleh keuntungan dari pengorbanannya, baik dengan menurunkan rahmat-rahmat pengampunan bagi mereka, atau dengan bertindak sebagai jubah yang menutupi dosa-dosa mereka di hadapan keadilan ilahi. Hal itu beralasan agar tidak ada orang yang dengan inisiatif mereka sendiri mengambil peranan tersebut bagi dirinya sendiri. Persetujuan ilahi disyaratkan sebelum satu jiwa berani menengahi antara Tuhan dan mahkluk-Nya. Tidak akan ada nilainya dalam persembahan yang demikian jika Tuhan menolak untuk mendengarkan doa itu.
     Sudah ada di Perjanjian Lama korban-korban dari macam tertentu yang hanya dapat dipersembahkan kepada Tuhan. Untuk dapat diterima korban-korban itu harus tak bercela, tanpa noda, jantan-jantan satu tahun, dan di atas semuanya itu persembahan harus dibuat oleh seorang imam menurut ritual yang ditentukan untuk dipatuhi secara ketat, dan yang tidak hanya melambangkan disposisi dari imam yang bertugas, tetapi juga merupakan simbol bagi penyumbang korban.
     Di dalam Perjanjian Baru sebuah korban baru menggantikan yang lama; Yesus Kristus adalah satu-satunya Perantara, satu-satunya Imam, satu-satunya Korban, dan Pengorbanan-Nya tidak lagi simbolik, tetapi nyata dan tak terbatas.
     Jika demikian, Yesus Kristus ingin menghubungkan para korban lainnya dengan Diri-Nya sendiri, mereka harus secara erat bersatu dengan-Nya, dan merasakan perasaan-Nya, agar dapat secara penuh masuk di dalam pengorbanan-Nya; oleh karenanya hanya bisa jika mereka adalah manusia yang dikaruniakan kepandaian dan kehendak.
     DIA sendiri memilih orang-orang ini, dan karena mereka bebas, DIA menanyakan mereka terlebih dahulu untuk kerjasamanya secara sukarela. Mereka yang menerimanya menaruh dirinya sendiri pada belas kasih-Nya, dan DIA kemudian akan memakai mereka dengan hak penuh.
     Berasimilasi dan berubah ke dalam Kristus, Korban-Jiwa menyatakan perasaan-perasaan Yesus Kristus kepada Allah Bapa; dan kepada Kristus Sendiri melalui salah satu perbuatannya akan kerendahan hati, silih, dan penebusan dosa, perasaan-perasaan yang menghidupkan jiwa-jiwa yang diwakilinya.

     Dan karena hal ini mengidentifikasikan Kristus, Korban-Jiwa itu berbagi derita sengsara-Nya dan mengalami, dalam tingkatan yang lebih besar atau kurang, bervariasi namun umumnya adalah cara-cara manusia super, mengalami penyiksaan-penyiksaan dan penderitaan-penderitaan yang dialami-Nya.