Halaman xxix

PENGANTAR

     Ketika Setan dengan segala kekuatannya dan seorang manusia lemah dipertemukan di dalam pertempuran abadi, Tuhan menempatkan Kuasa-Nya pada konflik itu dan membekali jiwa dengan daya tahan manusia super. DIA menganugerahinya energi yang tak tertaklukkan dan membuatnya mampu mengatasi segala pencobaan dan setiap penderitaan. Kuasa iblis terpatahkan dalam kelemahan Josefa yang ulet, yang (walaupun "bukan apa-apa dan malang," demikianlah Tuhan kita menyebutnya) dengan pertolongan ilahi menang atas "manusia kuat bersenjata". Tetapi Tuhan sendiri tahu apa yang ditanggungnya.
     Bahkan sebagai seorang postulan, bermandikan tiupan-tiupan, yang dilakukan oleh tinju yang tak kelihatan, yang ditujukan padanya siang dan malam, khususnya ketika ia sedang berdoa dan mengulangi kesungguhannya untuk selalu beriman. Pada waktu lainnya ia dengan kekerasan ditarik dari kapel, atau dicegah masuk ke dalam kapel. Lagi dan lagi, iblis menampakkan diri padanya dalam rupa anjing, ular yang mengerikan, atau bahkan lebih buruk, dalam bentuk manusia.
     Segera penculikan paksa itu menjadi sering, walaupun di bawah pengawasan para superiornya. Di depan mata mereka sendiri, Josefa tiba-tiba menghilang, dan setelah lama dicari ia akan didapatkan telah dilempar ke loteng, atau di bawah furnitur berat, atau di tempat-tempat tidak lazim. Di hadapan mereka, dia terbakar tanpa sang iblis terlihat, mereka melihat baju dan tubuhnya, tak diragukan, dilahap api yang menyebabkan luka-luka yang memerlukan waktu yang lama untuk disembuhkan.
    Terakhir, muncullah fenomena 1) yang jarang dialami oleh para kudus: Tuhan mengijinkan iblis untuk membawanya ke neraka. Di sana Josefa menghabiskan waktu berjam-jam, terkadang seluruh malam, dalam penderitaan yang tak terungkapkan. Walaupun dia ditarik pada jurang maut lebih dari seratus kali, setiap kali ke sana  kelihatan baginya bagai yang pertama kalinya, dan tampak berlangsung berabad-abad lamanya. Dia menahan segala siksa neraka, dengan pengecualian tiada kebencian pada Tuhan. Pada


-----
1) Sejumlah pria dan wanita kudus memiliki penglihatan akan neraka; hanya sedikit yang benar-benar masuk pada kedalamannya, hanya sedikit lagi saja yang mengalami masuk ke sana secara berulang kali seperti yang dialami Suster Josefa untuk menebus para pendosa. Santa Veronica Giuliani, lahir tahun 1660 dan meninggal tahun 1727, seangkatan dengan Santa Margaretha Maria, kelihatannya seperti Suster Josefa telah menjadi korban penebusan dosa, dan memiliki pengalaman yang sama ini.

Halaman xxviii

PENGANTAR

panggilan mereka 1), sebab mereka telah mengambil bagi diri mereka sendiri dosa orang lain, mereka juga tahu akan menanggung konsekuensi yang mengikutinya. Ketika seseorang setuju untuk berdosa, entah disadari atau tidak, ia memberikan iblis kekuatan besar atas mereka, kekuatan bujukan dan kerasukan. Hal ini tidak terlalu diperhatikan sebagai sebuah aturan, sebab iblis tangguh dalam hal menipu dan menghindari untuk mengganggu dia yang telah berada pada perangkapnya. Namun ia memperkuat apa yang jahat pada mangsanya (yang belum berada pada perangkapnya), melipat-gandakan kesempatan berdosa dan memati-rasakan jiwa, sampai jiwa itu tenggelam ke dalam tingkat mati suri yang sangat fatal.
     Bagaimanapun ketika iblis dipertemukan dengan penolakan yang ulet dari jiwa korban yang telah menggantikan tempat pendosa, ia menggunakan kuasa-kuasa yang diperolehnya dari si pendosa untuk menyiksa sang pengganti.
     Iblis adalah suatu kenyataan, dan ia berhubungan dengan para kudus Tuhan dengan menunjukkan dirinya dalam kejahatan yang tak tersembunyi dalam rupa dan alam kebusukannya. Kekejaman-kekejaman apa yang seharusnya yang akan dilakukannya pada jiwa-jiwa terkutuk dan miliknya selamanya, jika ia tidak menaruh belas kasih pada mereka, dan lagi ia tidak memiliki batas laju? Siapa yang akan berani menegaskan bahwa pelajaran semacam itu tak berguna, terutama di saat-saat kita ini?
     Tuhan juga menegaskan kesombongan akan roh kegelapan, yang walaupun dengan segala kuasa dan amukannya tidaklah membuat kemajuan, tetapi tetap kalah, yang menambah besar kemuliaan Tuhan.
     Demikian pula dengan Suster Josefa.
     Iblis mencoba dengan segala usaha untuk menipu dan memerdayanya, menyamar sebagai "malaikat terang", bahkan lebih jauh lagi sebagai Yesus Kristus sendiri. Tapi bagaimanapun, sangat sering iblis mencoba membelokkannya dari jalan yang dipilihkan bagi Josefa dengan menimbulkan kesakitan yang menyedihkan secara fisik.


-----
1) Lihat khususnya pembataian jahat yang ditanggung oleh Santa Margaret dari Cortona, Santa Veronica Giuliani, Curé d'Ars, dan Suster Marie de Jésus-Crucifié, yang hidupnya telah ditulis oleh V.R.F. Buzy, Superior General of the Fathers of Bétharram, dan banyak lagi yang lainnya.

Halaman xxvii

PENGANTAR

Salib-Ku, paku-paku-Ku dan Mahkota. Aku mencari jiwa-jiwa” (17 Juni 1923).
Contoh-contoh ini cukuplah; sungguh banyak di buku ini. Sebagai korban penebusan, Josefa berbagi penyiksaan-penyiksaan dengan Yesus, dan keseluruhan dirinya, dapat dikatakan, dipenuhi dengan derita tak terkatakan. Bersatu dengan Yesus di Salib, ia tersiksa dengan penderitaan-penderitaan-Nya, habis dengan segala hasrat-Nya; dahaga-Nya yang membara akan keselamatan jiwa-jiwa mendesak Josefa untuk melakukan segala perbaikan dan penebusan dalam dayanya.

(b) Penganiayaan-penganiayaan jahat
Dan Tuhan mengijinkan pencobaan-pencobaan di segala cara untuk menghujani Josefa. Jika bukan penyakit salah satunya (siapa tahu, sebab dia tidak pernah mengeluh), juga penganiayaan dari manusia (tidak seperti Margaretha Maria, tampaknya terbebas dari penganiayaan kehidupan relijius dan keluarga), sebaliknya, lebih banyak dari yang lainnya, Josefa diserahkan kepada amukan Setan. Ini tidaklah mengejutkan.
Ada beberapa orang kudus yang tak kentara hidup di dalam amukan Setan. Kristus di dalam kemuliaan Surga melampaui jangkauan Setan, yang sebagai musuh pribadi-Nya tidak berbelas kasih memberi kesakitan apapun untuk menggagalkan penyebaran Kerajaan Allah di bumi. Semakin jiwa dikasihi Kristus, semakin dashyatlah serangan-serangannya; ini tidak diragukan, dengan harapan untuk menambah jumlah mereka yang tertipu olehnya, di atas semuanya itu dengan harapan jahat merampas dari Kristus jiwa-jiwa yang dikasihi-Nya dan yang telah dibayar-Nya dengan harga yang begitu tinggi dengan menumpahkan Darah Berharga-Nya. Untuk itu Setan memilih para kudus dan jiwa-jiwa yang telah dikonsekrasikan untuk dinodai, dirayu dan dihina, dan ia melemparkan dirinya sendiri pada mereka. Di atas segalanya, Setan membenci jiwa-jiwa korban, jadi Josefa pun secara khusus dibencinya.
Josefa telah berkorban dengan sukacita dari tiga hal yang dipegangnya di dunia ini: ibunya, saudarinya, dan negaranya; ia telah memberikan dirinya bagi keselamatan para pendosa, dan untuk itu ia merampas banyak jiwa dari api neraka. Untuk itulah Setan menjadikannya bulan-bulanan. Setan diijinkan oleh Tuhan untuk memiliki kuasa atas jiwa-jiwa korban. Sungguh hal inilah yang mengikuti

Halaman xxvi

PENGANTAR

membawakan padamu Salib-Ku, sehingga kau mengurangi beban pada Diri-Ku”  (26 Juli 1921). “Aku ingin engkau menjadi sang orang Kirene bagi-Ku; engkau akan menolong aku memikul Salib-Ku” (23 Februari 1922). “Biarlah Salib-Ku menjadi salibmu” (30 Maret 1923).
     Tak terhitung berapa kali DIA telah meletakkannya pada pundaknya yang rela menanggung selama berjam-jam, bahkan seluruh siang dan malam. DIA mempercayakannya dengan Mahkota Duri-Nya, yang DIA tinggalkan baginya dalam jangka waktu yang lama, sehingga seperti DIA, Josefa tidak mengetahui dimana ia dapat mengistirahatkan kepalanya. “Aku akan meninggalkan bagimu Mahkota-Ku... Janganlah mengeluh akan kesakitan... sebab dengan demikian engkau berbagi kesakitan-Ku” (26 November 1920). “Mahkota-Ku... Dengan itu Aku akan mengitari sendiri kepalamu” (17 Juni 1923). Ia membuatnya merasakan kesakitan akan lambung-Nya. Bunda kita berkata kepada Josefa: “Kesakitan ini adalah sebuah pancaran dari Hati Putera-ku; pada saat terparahnya, ketahuilah bahwa itu adalah sebuah tanda dimana ada jiwa sedang melukai-Nya secara mendalam. (20 Juni 1921).
     DIA ingin Josefa merasakan kesakitan akan paku-paku di kedua tangan dan kakinya: “Aku akan memberikan padamu sebuah tanda baru akan Cinta-Ku. Hari ini engkau akan berbagi dengan-Ku kesakitan akan paku-paku” (16 Maret 1923).
     Sekali lagi DIA berkasih mesra dengannya dengan penderitaan Hati dan Jiwa-Nya: “Setiap hari Jumat, dan khususnya pada Jumat pertama, Aku akan berbagi kepahitan penderitaan Hati-Ku, dan engkau akan mengalami penyiksaan-penyiksaan Sengsara-Ku dengan cara tertentu” (4 Februari 1921).
     Pada tanggal 1 Maret 1922, DIA menampakkan diri pada Josefa, Wajah-Nya berlumuran darah. “Mendekatlah” Kata-Nya, “Datang dan beristirahatlah di Hati-Ku; dan ambilah bagian dari kesakitan yang menyedihkan ini.”
     “Kemudian DIA menarikku mendekat ke Hati-Nya, dan jiwaku dipenuhi dengan derita dan kepahitan yang menyedihkan yang tidak dapat kujelaskan.”

     Seperti DIA, Josefa menderita bagi orang lain: “Aku ingin engkau menderita secara keseluruhan agar engkau dapat memperoleh jiwa-jiwa.” (21 Desember 1920). “Ada satu jiwa yang amat menyedihkan melukai Aku... janganlah takut jika engkau merasa ditinggalkan seluruhnya, sebab Aku akan membagikan penderitaan Hati-Ku” (13 September 1921). “tanggunglah Salib-Ku, hingga jiwa itu menyadari kebenaran” (24 Maret 1923). “Ambilah

Halaman xxv

PENGANTAR

memberikan kemuliaan bagi kesempurnaan kasih-Nya yang tak terbatas melalui cinta mereka, demikianlah dengan jiwa-jiwa korban itu: saat mereka berkontemplasi dengan-Nya, DIA menyingkapkan dengan Kasih-Nya yang dashyat bagi jiwa-jiwa dan dengan kesedihan yang memenuhi-Nya akan hilangnya para pendosa. Pemandangan akan hal ini menyakitkan hati mereka, dan kerinduan mereka untuk menghibur Kristus tidak dipuaskan hanya dengan kata-kata cinta; namun hal itu membangkitkan semangat mereka. Apapun harganya, mereka akan memenangkan jiwa-jiwa bagi-Nya, dan DIA tetap menyalakan semangat yang lebih lagi. Itulah cinta akan Hati Kudus-Nya sendiri, yang dikomunikasikan-Nya pada mereka, yang karenanya mereka mencintai pendosa; cinta yang memberikan mereka suatu daya tahan super manusia, yang dengan baik dijelaskan dalam kata-kata Josefa sendiri:
     “Selama dua atau tiga minggu terakhir, aku merasakan sebuah hasrat yang dashyat untuk menderita. Ada waktu dimana pemikiran itu menakutkanku. Ketika Yesus berkata padaku bahwa DIA telah memilih aku sebagai koban-Nya seluruh diriku bergetar; tetapi sekarang, hal itu berbeda. Ada hari-hari dimana aku menahan penderitaan yang sedemikian rupa sehingga jika DIA tidak menahan aku, seharusnya aku sudah mati, tidak ada bagian daripadaku yang bebas dari rasa sakit! ... Walaupun demikian, jiwaku rindu untuk menanggung penderitaan yang lebih menyedihkan lagi bagi-Nya, walaupun tidak tanpa keengganan di bagian bawah akan kesadaranku. Ketika kesakitan-kesakitan ini menyerangku aku terguncang dengan ketakutan dan secara insting menarik diri, tetapi di sana aku diberikan sebuah kekuatan kehendak untuk menerima, berhasrat dan menginginkan agar menderita lebih lagi, sehingga jika pilihan yang ditawarkan padaku adalah antara rasa sakit yang diteruskan dan Surga, aku sungguh lebih memilih untuk terus berada dalam kesakitan itu, jika dengan melakukan itu aku dapat menghibur Hati-Nya, walaupun Tuhan tahu betapa aku ingin selamanya berada bersama-Nya. Aku tahu bahwa perubahan ini telah ditempa padaku oleh Yesus.” (30 Juni 1921).
     Josefa sungguh benar, perubahan itu tidak berasal dari dirinya sendiri, tetapi dari Yesus, atau tidakkah lebih baik kita katakan itu adalah kekuatan-NYA, perasaan-NYA, hasrat-NYA dan penderitaan-NYA yang diteruskan-NYA kepada Josefa? 1)
“Sebagaimana engkau siap untuk menderita, marilah kita menderita bersama” (19 Desember 1920), dan DIA memberikan kepada Josefa Salib-NYA: “Yesus datang dengan Salib-Nya, yang ditempatkan-Nya pada pundak-pundakku” (18 Juli 1920). “Aku datang


-----


1 “Hati-Ku dapat beristirahat untuk mengkomunikasikan perasaan-perasaan itu. Aku datang untuk beristirahat di dalam hatimu ketika satu jiwa bersedih bagi-Ku, dan kerinduan-KU untuk melakukannya dengan baik itulah yang kuberikan kepadamu dan menjadi milikmu.” (23 Oktober 1922)

Halaman xxiv

PENGANTAR

secara sukarela terpisah. Untuk inilah Kristus berusaha untuk menjangkau melalui jiwa-jiwa yang dipakai-Nya sebagai saluran-saluran belas kasih-Nya. Mereka yang paling berbuah dari seluruh cabang pohon anggur mistik. Dipenuhi dengan sari yang mengalir dari Kristus sendiri, dan bersatu utuh dengan-Nya, dengan solidaritas mereka terhadap pendosa yang bertanggung jawab atas dosa-dosanya; sehingga dengan bersatu dengan pendosa dan satu dengan Kristus, di dalam mereka dan oleh mereka, rahmat dikomunikasikan. Mereka adalah jiwa-jiwa korban.
     Betapa harus intimnya mereka dengan Sang Tersalib jika mereka harus melakukan bagian mereka sebagai bagian kontrak yang penuh! Bersatu utuh dengan-Nya harus tersiratkan, sementara DIA pada bagian-Nya meninggalkan jejak pada jiwa, hati dan tubuh mereka gambaran hidup dari Sengsara-Nya yang menyedihkan.
     Semua penderitaan-Nya diperbarui di dalam mereka: mereka akan dipertentangkan, dibantai, direndahkan, disesah, dan disalibkan; dan apa yang gagal dihasilkan manusia, Tuhan sendirilah yang akan menyediakan kesakitan, penderitaan, stigmata, yang akan membuat mereka sebagai salib-salib yang hidup.
     Betapa besarnya kuasa perantara dari jiwa-jiwa itu! Betapa mujarab-nya perantaraan mereka, ketika mereka memohon belas kasih, pengampunan dan keselamatan ilahi bagi saudara-saudari mereka; ketika di dalam mereka dan melalui mereka, Darah Berharga Kristus, tak terbatas lebih berkuasa daripada Abel yang menjerit kepada Bapa!
     Beginilah, bagaimanapun, jika dihubungkan dengan beberapa orang kudus,terutama Santo Fransiskus dari Asisi, bahwa Sengsara itu, sebagaimana adanya, tinggal di dalam mereka, rencana Tuhan terutama tampaknya membentuk mereka menjadi salinan-salinan yang telah selesai dari Sang Tersalib. Tanggapan Tuhan kepada kasih yang mengagumkan akan Sengsara-Nya, dan Dia membuat mereka merasakan baik secara fisik ataupun moral penyiksaan-penyiksaan Putera Terkasih-Nya.
     Ada sebuah tujuan yang lebih jauh sehubungan dengan korban-korban penebusan: DIA tampaknya merampas hak mereka demi jiwa-jiwa lainnya, sebab Sengsara Kristus, setelah menandainya dengan tandanya, melalui mereka, untuk memberikan hasil di dalam pendosa yang kepada mereka para korban itu telah menderita rahmat-rahmat pengorbanan Kalvari.

     Untuk itu mereka adalah para penebus penyerta (co-redeemers) di dalam artian kata yang penuh; kasih pada sesama telah mereka mendesak mereka, misi mereka berbeda dari orang lain. Sebagaimana Tuhan berkenan mengijinkan jiwa-jiwa lainnya yang kita bicarakan untuk merenungkan DIA,

Halaman xxiii

PENGANTAR

di dalam kemurnian, sehingga tidak dapat ditemukan di dalam hidupnya kesalahan yang dengan sukarela disetujuinya. Ketidaksetiaannya yang terbesar yang disebabkan oleh dirinya sendiri adalah sebuah keraguan tertentu untuk menanggapi panggilan rahmat dan tidak memberikan keputusan saat dihadapkan pada misi yang membingungkan; untuk itu tidak ada noda di hati dan jiwanya. Dengan cemburunya Tuhan kita membimbing dia: “Aku ingin engkau melupakan dirimu sendiri dan secara menyeluruh menyerahkannya kepada Kehendak-Ku sehingga Aku tidak menolerir sedikit pun ketidaksempurnaan di dalam engkau tanpa memperingatkanmu akan hal itu.” (21 Februari 1921).
     Seringkali saat DIA ingin agar dia menyatakan kembali bahwa dia adalah korban, DIA membuka pertanyaan dengan memberikannya sebuah rahmat pemurnian yang lebih besar. “Aku ingin engkau berkorban untuk-Ku, Josefa, tetapi Aku akan memulai dengan membiarkan panah kasih yang akan memurnikan jiwamu jatuh padamu, sebab sebagai korban-Ku, engkau harus seluruhnya murni” (17 Juni 1923).
     Di dalam hati nurani murninya dimana penderitaan akan jatuh padanya, tidak ditemukan noda dosa, sehingga dengan demikian tidak ada pekerjaan penebusan yang harus dilakukan, dan itulah mengapa buah-buah keselamatan dapat dipindahkan kepada jiwa-jiwa lainnya. Penderitaan-penderitaannya membawa karakter 2 kali lipat, seperti demikianlah pada kasus semua para korban yang sejati. Sebagai seorang korban yang diplih oleh Kristus sendiri untuk meneruskan dan menyempurnakan pekerjaan penebusan-Nya, dia harus dekat bersatu dengan Kristus Sang Penebus, dan berbagi Sengsara-Nya dengan menanggung penderitaan diri yang sama sebagaimana penderitaan-penderitaan-Nya; sebagai korban penebusan bagi jiwa-jiwa orang lain, kesakitan-kesakitannya akan setimpal dengan dosa-dosa pelaku yang yang ditebusnya.

(a) Partisipasi di dalam Penderitaan Kristus
     Penderitaan Kristus adalah keselamatan kita satu-satunya, jika kita akan dimurnikan dan diselamatkan, kita harus bersentuhan dengan Darah yang ditumpahkan oleh Anak Domba. Jeritan hebat dari Kristus yang sekarat adalah sebuah undangan yang menekan semua umat manusia untuk bersegera berlari kepada pancuran-pancuran Penyelamat yang daripadanya mengalir seluruh rahmat.

     Bersentuhan dengan Darah Kristus ini segera menjamin jiwa-jiwa yang menjawab seruan-Nya. Sementara yang lainnya, celaka! Banyak jumlah mereka, 

Halaman xxii

PENGANTAR

berkenaan padanya. “Dan kau, kau akan hidup dalam kekaburan yang mendalam, dan karena engkau adalah korban yang Kupilih, engkau akan menderita, dan terbebani oleh penderitaan hingga engkau akan mati. Janganlah mencari istirahat ataupun pengurangan; kau tidak akan menemukannya, karena itulah kehendak-Ku. Namun cinta-Ku akan menahanmu, dan kau tidak akan pernah mengecewakan-Ku.”
     Sebelum ia menahan siksa yang tajam dan mengoyakkan, DIA telah meminta dan mendapatkan persetujuan darinya; sebab walaupun DIA adalah Tuhan dan Tuan yang berdaulat penuh, IA tetap menghormati kebebasan mahkluk ciptaan-Nya.
     “Apakah kau mau?...” Kata-Nya kepada Josefa, dan ketika ia gentar terhadap hal itu di hadapan-Nya, DIA meninggalkannya. Suster Josefa merasa sedih ketika DIA pergi, tetapi Bunda Maria datang, dan berkata pada anaknya itu: “Jangan lupa bahwa cintamu itu bebas.”
Beberapa kali Josefa mencoba melarikan diri dari jalan yang ada di hadapannya, kemudian Yesus meninggalkannya, hanya setelah berkali-kali dia memanggil DIA barulah DIA datang kembali menerima persembahan kehendaknya yang telah ditanyakan-Nya dengan perandaian. Biasanya ia menerimanya dengan kemurahan hati. 1)
     “Aku mempersembahkan diriku sendiri untuk melayaniMu di setiap cara yang Engkau pilih.” Tuhan mengetahui Diri-Nya sendiri, bebas bertindak di segala cara yang dipilih-Nya, dan sekali lagi DIA berkata: “Aku adalah Tuhanmu, engkau adalah milik-Ku; dari kehendak bebas-Mu, telah kauserahkan sendiri. Sejak sekarang engkau tidak dapat menolak Aku akan apapun juga.” (23 Juli 1922). “Jika engkau tidak menyerahkan dirimu sendiri kepada kehendak-Ku, apakah yang dapat Kuperbuat?” (21 April 1922).
     Ia berserah; seperti Tuannya Josefa rela menjadi korban: “Oblatus est quia Ipse voluit.” Seperti DIA, juga, dia akan menjadi sebuah korban murni. Bagaimanakah seseorang menyilih dosa orang lain, padahal ia sendiri harus menyilih dosanya sendiri? Dari kelahiran Josefa Tuhan telah membungkusnya...

-----

1 Tidak ada yang dipaksakan padanya oleh Tuhan; DIA tidak memaksa mahkluk-Nya yang ragu-ragu, namun dengan kemampuan ilahi-Nya ia mengejar tujuan-Nya untuk mendapatkan persetujuannya. Setiap Josefa mundur karena ketakutan, Tuhan kita meninggalkannya tanpa mencela; tetapi kepergian-Nya mendukakan Josefa sehingga ia semakin menerima permintaan-Nya dengan murah hati. Juga, Yesus tidak langsung mengatakan kepadanya bahwa Ia menginginkan dia menjadi Pembawa Pesan-Nya kepada dunia, Josefa akan sangat syok jika demikian; tetapi DIA hanya meminta kemurahan hati Josefa: “Apakah engkau mau untuk menderita? Dan apakah engkau mau menjadi seorang korban? Jika seorang korban, itu berarti sebuah pertanyaan untuk menderita, dan tak menyolok di hadapan dunia. Josefa menerimanya.

     

Halaman xxi

PENGANTAR

     Ketika penderitaan ditanggung untuk seorang pendosa yang telah secara khusus diplih, sang korban menanggung keadilan akan kejahatan-kejahatan yang dilakukan oleh si pendosa tersebut. Setiap macam pencobaan ditanggung, penyakit ataupun pembantaian yang dilakukan oleh roh-roh kegelapan dimana sang korban akan menjadi bulan-bulanan.
     Pada Suster Josefa ini adalah kasus yang luar biasa. Sang korban yang melakukan kehendak Tuhan, tidak hanya keseluruhan keberadaannya menjadi korban, tetapi tindakan pengorbanan tersebut bervariasi sesuai dengan atribut-atribut Tuhan, tertentu, yang mana ia telah mengorbankan dirinya sendiri.
     Santa Theresia dari Kanak-kanak Yesus mempersembahkan dirinya sendiri sebagai korban belas kasih cinta; Marie des Vallées, sebagai korban dari keadilan Tuhan; Santa Margaretha Maria, sebagai korban keduanya yaitu keadilan dan belas kasih, dan demikian juga suster Josefa. Kristus mengatakan padanya keinginan-Nya bahkan lebih nyata lagi dalam istilah-istilahNya dibanding yang telah dipakaiNya pada Santa Margaretha Maria.
     “Aku telah memilihmu menjadi korban Hati-Ku” (19 Desember 1920).
     “Engkau adalah korban Cinta-Ku.” (2 Oktober 1920 dan 23 November 1920).
     “Engkau adalah korban Cinta dan belas kasih-Ku.” (30 Juni 1921).
     “Aku ingin engkau menjadi korban keadilan ilahi dan penghiburan Hati-Ku” (9 November 1920).
     Untuk alasan ini semua Josefa harus menderita. “Engkau menderita di dalam jiwa dan tubuhmu, karena engkau adalah korban Jiwa dan Tubuh-Ku. Bagaimanakah engkau tidak menderita di dalam hatimu, karena Aku telah memilihmu sebagai korban Hati-Ku?” (19 Desember 1920).
     Sebagai korban Hati Yesus ia menderita untuk menghibur sang Hati yang telah dilukai oleh manusia-manusia yang tak berterimakasih. Sebagai korban cinta dan belas kasih ia menderita bahwa belas kasih cinta Yesus dapat dibanjiri rahmat-rahmat bagi pendosa yang sangat Ia cintai. Sebagai korban keadilan ilahi ia menanggung beban yang tak tertolerir dari celaan-celaan ilahi dan menyilih jiwa-jiwa bersalah yang berhutang keselamatan kepadanya. Misi bagiannya menuntut silih abadi darinya, dan Tuhan kita tidak menyembunyikan hal itu daripadanya. “Cinta, menderita dan patuh,” Kata-Nya kepadanya, “sehingga Aku dapat mewujudkan rencana-rencana-Ku dalammu.” (9 Januari 1921).
     Pada tanggal 12 Juni 1923 Dia meneguhkan keseluruhan rencana yang

     

Halaman xx

PENGANTAR



DIA bermaksud untuk bertindak sebagai perantara-perantara: mereka harus menderita dan memperbaiki kesalahan bagi mereka yang memperoleh keuntungan dari pengorbanannya, baik dengan menurunkan rahmat-rahmat pengampunan bagi mereka, atau dengan bertindak sebagai jubah yang menutupi dosa-dosa mereka di hadapan keadilan ilahi. Hal itu beralasan agar tidak ada orang yang dengan inisiatif mereka sendiri mengambil peranan tersebut bagi dirinya sendiri. Persetujuan ilahi disyaratkan sebelum satu jiwa berani menengahi antara Tuhan dan mahkluk-Nya. Tidak akan ada nilainya dalam persembahan yang demikian jika Tuhan menolak untuk mendengarkan doa itu.
     Sudah ada di Perjanjian Lama korban-korban dari macam tertentu yang hanya dapat dipersembahkan kepada Tuhan. Untuk dapat diterima korban-korban itu harus tak bercela, tanpa noda, jantan-jantan satu tahun, dan di atas semuanya itu persembahan harus dibuat oleh seorang imam menurut ritual yang ditentukan untuk dipatuhi secara ketat, dan yang tidak hanya melambangkan disposisi dari imam yang bertugas, tetapi juga merupakan simbol bagi penyumbang korban.
     Di dalam Perjanjian Baru sebuah korban baru menggantikan yang lama; Yesus Kristus adalah satu-satunya Perantara, satu-satunya Imam, satu-satunya Korban, dan Pengorbanan-Nya tidak lagi simbolik, tetapi nyata dan tak terbatas.
     Jika demikian, Yesus Kristus ingin menghubungkan para korban lainnya dengan Diri-Nya sendiri, mereka harus secara erat bersatu dengan-Nya, dan merasakan perasaan-Nya, agar dapat secara penuh masuk di dalam pengorbanan-Nya; oleh karenanya hanya bisa jika mereka adalah manusia yang dikaruniakan kepandaian dan kehendak.
     DIA sendiri memilih orang-orang ini, dan karena mereka bebas, DIA menanyakan mereka terlebih dahulu untuk kerjasamanya secara sukarela. Mereka yang menerimanya menaruh dirinya sendiri pada belas kasih-Nya, dan DIA kemudian akan memakai mereka dengan hak penuh.
     Berasimilasi dan berubah ke dalam Kristus, Korban-Jiwa menyatakan perasaan-perasaan Yesus Kristus kepada Allah Bapa; dan kepada Kristus Sendiri melalui salah satu perbuatannya akan kerendahan hati, silih, dan penebusan dosa, perasaan-perasaan yang menghidupkan jiwa-jiwa yang diwakilinya.

     Dan karena hal ini mengidentifikasikan Kristus, Korban-Jiwa itu berbagi derita sengsara-Nya dan mengalami, dalam tingkatan yang lebih besar atau kurang, bervariasi namun umumnya adalah cara-cara manusia super, mengalami penyiksaan-penyiksaan dan penderitaan-penderitaan yang dialami-Nya.

Halaman xix

PENGANTAR

24 Februari 1921, DIA bahkan memberikan panggilan yang lebih eksplisit lagi saat Jam Suci-nya. “Dunia tidak mengetahui belas kasih Hati-Ku,” Kata-Nya kepadanya. “Aku bermaksud untuk mencerahkan mereka melalui engkau... Aku ingin engkau menjadi rasul Cinta dan belas kasih-Ku. Aku ingin mengajarkan padamu apa artinya; melupakan dirimu sendiri.” Dan dalam menjawab ketakutan itu dia menyatakan: “Cintai dan jangan takut pada apapun. Aku menginginkan apa yang tidak kauingini, tetapi aku dapat melakukan apa yang tidak dapat kaulakukan.” “Bukan untukmu memilih, engkau hanya harus menyerahkan dirimu sendiri ke dalam Tangan-tangan-Ku.”

    Beberapa bulan kemudian, pada hari Senin, 11 Juni 1921, beberapa hari setelah Pesta Hati Kudus, ketika ia telah menerima banyak rahmat, DIA berkata: “Ingatlah kata-kata-Ku dan percayailah. Hati-Ku hanya memiliki satu hasrat yaitu untuk menyertakan engkau pada Hati-Ku, untuk memilikimu di dalam cinta-Ku, dan untuk membuat kelemahan dan kecilnya engkau sebagai sebuah saluran untuk menyampaikan belas kasih kepada banyak jiwa yang akan diselamatkan dengan cara-caramu.  Kemudian, Aku akan mengungkapkan kepadamu rahasia-rahasia Hati-Ku yang terbakar dan banyak jiwa akan memperoleh keuntungan karenanya. Aku ingin engkau menulis dan menyimpan semua yang Aku katakan padamu. Itu akan dibacakan setelah engkau berada di Surga. Janganlah berpikir bahwa Aku memakaimu karena jasa-jasamu, tetapi Aku ingin jiwa-jiwa menyadari bagaimana Kuasa-Ku memakai alat-alat yang miskin dan malang.” Dan ketika Josefa menanyakan apakah ia perlu mengatakannya kepada ibu Kepala Biara, itu pun, DIA menjawab: “Tulislah itu; itu akan dibacakan setelah kematianmu.”
     Jadi dengan tingkatan demikian Tuhan kita menyatakan rencana-Nya: Josefa dipilih olehNya, bukan hanya untuk menjadi korban bagi jiwa-jiwa, terutama bagi jiwa-jiwa yang telah dikonsekrasikan, tetapi agar melalui dia pesan cinta Kristus dan belas kasih dapat menjangkau dunia. Sebuah misi bermuka dua – Korban dan Pembawa Pesan – dan di antara dua misi tersebut ada sebuah hubungan erat. Jika Korban maka adalah Pembawa Pesan, dan karena Pembawa Pesan, berarti adalah Korban.

JOSEFA SEBAGAI KORBAN

     Menjadi seorang korban tentu menyiratkan pengorbanan, dan sebagai sebuah aturan pendamaian bagi sesama. Walaupun secara tegas dikatakan bahwa seseorang dapat mempersembahkan dirinya sendiri sebagai seorang korban untuk memberikan Tuhan sukacita dan kemuliaan dengan pengorbanan sukarela, namun sebagian besar Tuhan menuntun jiwa-jiwa melalui jalan itu hanya jika...

Halaman xviii

PENGANTAR

statusnya hanyalah seorang novisiat, keinginan terbesarnya untuk berhenti, dan halangannya yang sangat nyata adalah ketidaktahuannya terhadap bahasa di negaranya berada, dan semua kombinasi halangan ini awalnya tampak dapat teratasi. 1) Kenyataannya itu semua adalah tanda-tanda pilihan Tuhan. Walaupun hanya seorang novisiat rendahan, hatinya begitu lembut sehingga sering di titik ia menyerah pada kesensitifannya, dimana kemudian ia akan menunjukkan kekuatan kehendaknya yang tak terkalahkan. Pada cahaya yang membutakan akan wahyu-wahyu ilahi, ia hanya merayap semakin dalam ke dalam “kekecilannya”, dan semakin dekat Tuhan menariknya, ia semakin merendahkan dirinya. Walaupun adanya bukti akan tindakan Tuhan, ia selalu ketakutan jikalau dia menipu dirinya dan menipu Superiornya. Nyatanya, mereka jarang bertemu dengan alasan lebih patuh dan tunduk, atau lebih hormat, lebih bersemangat berserah untuk kendali, lebih siap berkorban. Di dalam devosi-devosinya, dalam hal lainnya, tidak dilebih-lebihkan; ia benar-benar secara sempurna lurus dan sederhana. Secara mental, dia sehat dan rasa akan keteraturan dan proporsi-nya juga berkembang baik. Supernatural, yang sering meremuk, tidak pernah mengganggu ketenangan dalamnya, walaupun keseimbangannya hanya terjaga oleh karena daya tahan yang hampir sama dengan manusia super. Semua ini pada kenyataannya adalah jaminan terbaik bagi para Superior bahwa komunikasinya adalah asli ilahi.

     Kepada Suster Josefa, Tuhan kita berkata: “Engkau sendirilah yang akan menjadi tanda-Ku.”
     Walaupun awalnya curiga dan berhati-hati pada penilaian mereka, Direktur dan Superior-nya, keduanya terpaksa dengan melihat bukti hidupnya, percaya bahwa misinya adalah ilahi.

MISI JOSEFA

     Secara berangsur-angsur Tuhan kita mengungkapkan kepadanya; beberapa kali DIA berkata padanya bahwa DIA bermaksud agar dia “membawakan rencana-rencana-Nya” (9 Februari 1921) untuk menyelamatkan banyak jiwa yang sangat berarti bagi-Nya (15 Oktober 1920). Pada malam...

------
1) Jika seseorang mencari jiwa terpilih di antara para novisiat pada waktu itu (mereka pada umumnya adalah bagian dari orang Polandia), penampilan Josefa, tidak tampak mistik, tidak akan mengira dia sebagai pilihan Tuhan.


Halaman xvii

PENGANTAR

sementara ia belum disebut sebagai Suster mereka di dalam kemuliaan, ia sungguh adalah Suster mereka di dalam rahmat, dan Tuhan telah dengan senang memeteraikan kesaksiannya. DIA yang memperlakukan mahkluk ciptaanNya dengan demikian hormatnya, “Cum magna reverentia disponis nos” (Keb. 12:18)
Tetapi Engkau, Penguasa yang kuat, mengadili dengan belas kasihan, dan dengan sangat hati-hati memperlakukan kami. Sebab kalau mau Engkau dapat juga. (Keb. 12:18), berhutang pada DiriNya Sendiri untuk menyatakan sebuah tanda cap pada pembawa pesan-Nya secara jelas sebagai pembawa sabda-Nya.
     “Jalan-Nya bukanlah jalan kita, juga pikiran-Nya bukanlah pikiran kita,” dan agar tidak ada keraguan bahwa komunikasi itu datang daripada-Nya dan bukan dari yang lainnya, DIA memilih alat-alat yang lemah, yang menurut manusia tidak cocok untuk tugas tersebut; sehinga kekuatan-Nya bersinar luas dalam kelemahan mereka.
     DIA tidak memilih yang terpelajar dan yang hebat di mata dunia untuk mendirikan Gereja-Nya, Santo Paulus secara terang-terangan berkata pada kita, jika tidak, penyebaran ke-Kristenan dapat saja dikaitkan dengan talenta dan gengsi mereka... tetapi DIA memilih yang miskin dan terabaikan, dan DIA membuat mereka sebagai wadah-wadah terpilih.
     Sehingga kehebatan misi mereka tidak akan menyilaukan dan membawa mereka kepada kesombongan, DIA lagi dan lagi mengingatkan mereka akan “ketiadaan” mereka, kesengsaraan bawaan mereka dan kelemahan mereka. Karunia-karunia-Nya hanya aman jika diberikan kepada yang sungguh-sungguh rendah hati. Pemeliharaan-Nya selalu bekerja dengan cara ini. Kemuliaan-Nya diwujudkan di dalam “ketiadaan” manusia. “Jika Aku dapat menemukan mahkluk yang lebih malang daripadamu,” kata-Nya kepada Santa Maria Margaretha, “Aku akan memilihnya...”
     Dan Suster Josefa berulang kali mendengarkan pernyataan yang sama: “Jika saja Aku dapat menemukan mahkluk yang lebih malang, Aku akan memilihnya untuk keistimewaan cinta-Ku, dan melalui dia dinyatakan kerinduan-kerinduan Hati-Ku. Tetapi Aku tidak menemukannya, jadi Aku memilih engkau.” (7 Juni 1923).
     Segera setelah kami mendengar DIA berkata: “Aku telah memilih engkau sebagai salah satu yang benar-benar tidak berguna dan melarat, sehingga tidak ada yang dapat dikaitkan padanya kecuali Diri-Ku sendiri, apa yang Kukatakan dan Kulakukan.” (12 Juni 1923).
     Sejauh yang tampak, tidak ada yang mensinyalir Josefa dalam cara apapun cocok untuk misi yang tinggi ini. Jika kita mengingat penundaannya berulang kali untuk masuk biara, kita mungkin percaya akan keraguannya secara terus menerus akan kehendaknya sendiri; demikian juga tingkat kerendahan hatinya di dalam komunitas,


Halaman xvi

PENGANTAR

pada manusia. Kitab Suci mewakiliNya di dalam Mazmur mengikuti putera-putera manusia selalu menjaga memperhatikan dengan sungguh-sungguh pada setiap perbuatan mereka dan menjawab usaha-usaha doa terkecil sekali pun. Berbalik dengan cinta terhadap pemberontakan putera-putera-Nya, dari awal mula DIA membuat suara-Nya terdengar melalui keajaiban-keajaiban dan melalui nabi-nabi-Nya, sampai hari dimana Diri-Nya sendiri, menjadi daging di dalam rahim Perawan, berkata-kata dalam bahasa manusia mengenai Cinta yang memenuhi Hati-Nya.
    
     Yesus, Sabda yang menjelma, telahmengirimkan secara utuh Pesan yang telah diterima-Nya sendiri dari Bapa: “Omnia quaecumque audivi a Patre Meo, nota feci vobis” (Yohanes 15:15).

Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku. (Yohanes 15:15)

Tidak ada lagi yang untuk ditambahkan pada perkataan Tuhan kita, dan pada saat kematian Santo Yohanes, Rasul terakhir, wahyu Ilahi ditutup dan dimeteraikan. Jaman-jaman berikutnya tidak dapat melakukan apa-apa lagi selain menarik artinya. Namun kekayaan-kekayaannya tak terduga, dan kebanyakan  manusia terlalu tidak memperhatikan dan secara dangkal saja menyuarakan kedalaman ajaran Kitab Suci; karena itu,  seperti saat di bawah Hukum Tua para Nabi dikirimkan oleh Tuhan untuk membaharui iman dan harapan umat-Nya, juga di dalam Dispensasi Baru Kristus telah dari waktu ke waktu memberikan jiwa-jiwa pilihan tertentu misi untuk menginterpretasikan sabda-Nya yang otentik, dan mengungkapkan kedalaman dan arti yang tersembunyi.

     Dahulu kala, pada saat Paskah pagi, Ia menugaskan Santa Maria Magdalena untuk mengumumkan Kebangkitan-Nya yang mulia kepada para Rasul. Di jaman-jaman berikutnya wanita-wanita miskin dan rendah hati telah dipilih untuk menyampaikan hasrat-hasrat-Nya yang terpenting bagi umat manusia.

     Untuk mengingat kejadian-kejadian itu, misalnya: Melalui Santa Juliana dari Montcornillon DIA menyegarkan devosi Sakramen Maha Kudus, dan memperoleh perwujudan Pesta Corpus Christi; melalui Santa Maria Margareta sebuah stimulus baru diberikan bagi devosi kepada Hati Kudus; melalui Santa Teresia dari Kanak-kanak Yesus DIA berkata kepada dunia yang kelihatannya telah melupakan jasa dan nilai spiritual Masa Kanak-kanak, dan sekarang, DIA telah memberikan sebuah pesan-Nya melalui Josefa Menéndez.
    
     Ketiga orang yang disebutkan di atas telah dikanonisasikan oleh Gereja, jadi telah menerima sebuah pengakuan resmi akan misi-misi mereka. Suster Josefa belum memiliki kehormatan tersebut padanya, tapi


Halaman xv

PENGANTAR

     Pada tanggal 29 Desember 1923, Suster Josefa Menéndez, saat itu berusia 33 tahun, meninggal secara kudus di Biara Les Feuillants, Poitiers. Ia hidup sebagai seorang Suster dalam Serikat Hati Kudus hanya selama 4 tahun, dan begitu tersembunyi yang adalah sebuah cara agar dunia tidak pernah mendengar darinya, dan bahkan dari komunitasnya sendiri seharusnya ia segera terlupakan.
     Namun, hanya 20 tahun setelah kematiannya, ia dikenal di penjuru dunia. Di Amerika, Afrika, Asia, dan Oseania, orang-orang berdoa padanya dan mendengarkan dengan sungguh-sungguh akan Pesan yang diberikan Hati Yesus padanya untuk manusia.
     Pada tahun 1938 isi dari Pesan, dengan judul Un Appel à l’Amour, dipublikasikan di Toulouse oleh Kerasulan Doa. Kardinal Pacelli, kini dengan mulia bertahkta sebagai Paus Pius XII, menulis sebuah rekomendasi dalam bentuk sebuah surat. 5 tahun kemudian sebuah biografi lengkap dimintakan dengan sungguh-sungguh, karena para pembaca sangat ingin mengetahui semua detil dari sebuah kehidupan yang kaya namun tersembunyi dan dimana sebuah latar belakang manusia yang sangat miskin dilempar menjadi ukiran kemegahan tindakan Kristus.
     Edisi kedua dan lengkap ini adalah jawaban dari permintaan tersebut. Hal itu diambil dari catatan-catatan, tulisan harian Suster Josefa di bawah ketaatan, dimana keakuratannya dikonfirmasikan oleh kenangan-kenangan tepat dari para saksi akan kehidupannya, seperti Kepala Biara dan Ibu Asisten Biara “Les Feuillants,” Poitiers, dan pengarahnya, Bapa Boyer, O.P.
     Pembaca akan merasa sebuah keingintahuan tertentu di halaman-halaman pembukaan ini, namun isi-isinyalah yang akan memenuhi mereka dengan keheranan dan kekaguman, dan pembaca akan selesai membaca buku dengan berkomitmen untuk menjalani hidup yang lebih baik dan untuk mencintai satu Tuhan yang telah mewujudkan cinta-Nya yang begitu besar pada mahkluk-mahkluk ciptaan-Nya.
     Karena setiap halaman akan mewartakan indahnya pemeliharaan cinta Tuhan...