PENGANTAR
Ketika Setan dengan segala kekuatannya dan seorang manusia lemah dipertemukan di dalam pertempuran abadi, Tuhan menempatkan Kuasa-Nya pada konflik itu dan membekali jiwa dengan daya tahan manusia super. DIA menganugerahinya energi yang tak tertaklukkan dan membuatnya mampu mengatasi segala pencobaan dan setiap penderitaan. Kuasa iblis terpatahkan dalam kelemahan Josefa yang ulet, yang (walaupun "bukan apa-apa dan malang," demikianlah Tuhan kita menyebutnya) dengan pertolongan ilahi menang atas "manusia kuat bersenjata". Tetapi Tuhan sendiri tahu apa yang ditanggungnya.
Bahkan sebagai seorang postulan, bermandikan tiupan-tiupan, yang dilakukan oleh tinju yang tak kelihatan, yang ditujukan padanya siang dan malam, khususnya ketika ia sedang berdoa dan mengulangi kesungguhannya untuk selalu beriman. Pada waktu lainnya ia dengan kekerasan ditarik dari kapel, atau dicegah masuk ke dalam kapel. Lagi dan lagi, iblis menampakkan diri padanya dalam rupa anjing, ular yang mengerikan, atau bahkan lebih buruk, dalam bentuk manusia.
Segera penculikan paksa itu menjadi sering, walaupun di bawah pengawasan para superiornya. Di depan mata mereka sendiri, Josefa tiba-tiba menghilang, dan setelah lama dicari ia akan didapatkan telah dilempar ke loteng, atau di bawah furnitur berat, atau di tempat-tempat tidak lazim. Di hadapan mereka, dia terbakar tanpa sang iblis terlihat, mereka melihat baju dan tubuhnya, tak diragukan, dilahap api yang menyebabkan luka-luka yang memerlukan waktu yang lama untuk disembuhkan.
Terakhir, muncullah fenomena 1) yang jarang dialami oleh para kudus: Tuhan mengijinkan iblis untuk membawanya ke neraka. Di sana Josefa menghabiskan waktu berjam-jam, terkadang seluruh malam, dalam penderitaan yang tak terungkapkan. Walaupun dia ditarik pada jurang maut lebih dari seratus kali, setiap kali ke sana kelihatan baginya bagai yang pertama kalinya, dan tampak berlangsung berabad-abad lamanya. Dia menahan segala siksa neraka, dengan pengecualian tiada kebencian pada Tuhan. Pada
-----
1) Sejumlah pria dan wanita kudus memiliki penglihatan akan neraka; hanya sedikit yang benar-benar masuk pada kedalamannya, hanya sedikit lagi saja yang mengalami masuk ke sana secara berulang kali seperti yang dialami Suster Josefa untuk menebus para pendosa. Santa Veronica Giuliani, lahir tahun 1660 dan meninggal tahun 1727, seangkatan dengan Santa Margaretha Maria, kelihatannya seperti Suster Josefa telah menjadi korban penebusan dosa, dan memiliki pengalaman yang sama ini.
Halaman xxviii
PENGANTAR
panggilan mereka 1), sebab mereka telah mengambil bagi diri mereka sendiri dosa orang lain, mereka juga tahu akan menanggung konsekuensi yang mengikutinya. Ketika seseorang setuju untuk berdosa, entah disadari atau tidak, ia memberikan iblis kekuatan besar atas mereka, kekuatan bujukan dan kerasukan. Hal ini tidak terlalu diperhatikan sebagai sebuah aturan, sebab iblis tangguh dalam hal menipu dan menghindari untuk mengganggu dia yang telah berada pada perangkapnya. Namun ia memperkuat apa yang jahat pada mangsanya (yang belum berada pada perangkapnya), melipat-gandakan kesempatan berdosa dan memati-rasakan jiwa, sampai jiwa itu tenggelam ke dalam tingkat mati suri yang sangat fatal.
Bagaimanapun ketika iblis dipertemukan dengan penolakan yang ulet dari jiwa korban yang telah menggantikan tempat pendosa, ia menggunakan kuasa-kuasa yang diperolehnya dari si pendosa untuk menyiksa sang pengganti.
Iblis adalah suatu kenyataan, dan ia berhubungan dengan para kudus Tuhan dengan menunjukkan dirinya dalam kejahatan yang tak tersembunyi dalam rupa dan alam kebusukannya. Kekejaman-kekejaman apa yang seharusnya yang akan dilakukannya pada jiwa-jiwa terkutuk dan miliknya selamanya, jika ia tidak menaruh belas kasih pada mereka, dan lagi ia tidak memiliki batas laju? Siapa yang akan berani menegaskan bahwa pelajaran semacam itu tak berguna, terutama di saat-saat kita ini?
Tuhan juga menegaskan kesombongan akan roh kegelapan, yang walaupun dengan segala kuasa dan amukannya tidaklah membuat kemajuan, tetapi tetap kalah, yang menambah besar kemuliaan Tuhan.
Demikian pula dengan Suster Josefa.
Iblis mencoba dengan segala usaha untuk menipu dan memerdayanya, menyamar sebagai "malaikat terang", bahkan lebih jauh lagi sebagai Yesus Kristus sendiri. Tapi bagaimanapun, sangat sering iblis mencoba membelokkannya dari jalan yang dipilihkan bagi Josefa dengan menimbulkan kesakitan yang menyedihkan secara fisik.
-----
1) Lihat khususnya pembataian jahat yang ditanggung oleh Santa Margaret dari Cortona, Santa Veronica Giuliani, Curé d'Ars, dan Suster Marie de Jésus-Crucifié, yang hidupnya telah ditulis oleh V.R.F. Buzy, Superior General of the Fathers of Bétharram, dan banyak lagi yang lainnya.
panggilan mereka 1), sebab mereka telah mengambil bagi diri mereka sendiri dosa orang lain, mereka juga tahu akan menanggung konsekuensi yang mengikutinya. Ketika seseorang setuju untuk berdosa, entah disadari atau tidak, ia memberikan iblis kekuatan besar atas mereka, kekuatan bujukan dan kerasukan. Hal ini tidak terlalu diperhatikan sebagai sebuah aturan, sebab iblis tangguh dalam hal menipu dan menghindari untuk mengganggu dia yang telah berada pada perangkapnya. Namun ia memperkuat apa yang jahat pada mangsanya (yang belum berada pada perangkapnya), melipat-gandakan kesempatan berdosa dan memati-rasakan jiwa, sampai jiwa itu tenggelam ke dalam tingkat mati suri yang sangat fatal.
Bagaimanapun ketika iblis dipertemukan dengan penolakan yang ulet dari jiwa korban yang telah menggantikan tempat pendosa, ia menggunakan kuasa-kuasa yang diperolehnya dari si pendosa untuk menyiksa sang pengganti.
Iblis adalah suatu kenyataan, dan ia berhubungan dengan para kudus Tuhan dengan menunjukkan dirinya dalam kejahatan yang tak tersembunyi dalam rupa dan alam kebusukannya. Kekejaman-kekejaman apa yang seharusnya yang akan dilakukannya pada jiwa-jiwa terkutuk dan miliknya selamanya, jika ia tidak menaruh belas kasih pada mereka, dan lagi ia tidak memiliki batas laju? Siapa yang akan berani menegaskan bahwa pelajaran semacam itu tak berguna, terutama di saat-saat kita ini?
Tuhan juga menegaskan kesombongan akan roh kegelapan, yang walaupun dengan segala kuasa dan amukannya tidaklah membuat kemajuan, tetapi tetap kalah, yang menambah besar kemuliaan Tuhan.
Demikian pula dengan Suster Josefa.
Iblis mencoba dengan segala usaha untuk menipu dan memerdayanya, menyamar sebagai "malaikat terang", bahkan lebih jauh lagi sebagai Yesus Kristus sendiri. Tapi bagaimanapun, sangat sering iblis mencoba membelokkannya dari jalan yang dipilihkan bagi Josefa dengan menimbulkan kesakitan yang menyedihkan secara fisik.
-----
1) Lihat khususnya pembataian jahat yang ditanggung oleh Santa Margaret dari Cortona, Santa Veronica Giuliani, Curé d'Ars, dan Suster Marie de Jésus-Crucifié, yang hidupnya telah ditulis oleh V.R.F. Buzy, Superior General of the Fathers of Bétharram, dan banyak lagi yang lainnya.
Halaman xxvii
PENGANTAR
Salib-Ku, paku-paku-Ku dan Mahkota. Aku mencari jiwa-jiwa” (17 Juni 1923).
Contoh-contoh ini cukuplah; sungguh banyak di buku ini. Sebagai korban penebusan, Josefa berbagi penyiksaan-penyiksaan dengan Yesus, dan keseluruhan dirinya, dapat dikatakan, dipenuhi dengan derita tak terkatakan. Bersatu dengan Yesus di Salib, ia tersiksa dengan penderitaan-penderitaan-Nya, habis dengan segala hasrat-Nya; dahaga-Nya yang membara akan keselamatan jiwa-jiwa mendesak Josefa untuk melakukan segala perbaikan dan penebusan dalam dayanya.
(b) Penganiayaan-penganiayaan jahat
Dan Tuhan mengijinkan pencobaan-pencobaan di segala cara untuk menghujani Josefa. Jika bukan penyakit salah satunya (siapa tahu, sebab dia tidak pernah mengeluh), juga penganiayaan dari manusia (tidak seperti Margaretha Maria, tampaknya terbebas dari penganiayaan kehidupan relijius dan keluarga), sebaliknya, lebih banyak dari yang lainnya, Josefa diserahkan kepada amukan Setan. Ini tidaklah mengejutkan.
Ada beberapa orang kudus yang tak kentara hidup di dalam amukan Setan. Kristus di dalam kemuliaan Surga melampaui jangkauan Setan, yang sebagai musuh pribadi-Nya tidak berbelas kasih memberi kesakitan apapun untuk menggagalkan penyebaran Kerajaan Allah di bumi. Semakin jiwa dikasihi Kristus, semakin dashyatlah serangan-serangannya; ini tidak diragukan, dengan harapan untuk menambah jumlah mereka yang tertipu olehnya, di atas semuanya itu dengan harapan jahat merampas dari Kristus jiwa-jiwa yang dikasihi-Nya dan yang telah dibayar-Nya dengan harga yang begitu tinggi dengan menumpahkan Darah Berharga-Nya. Untuk itu Setan memilih para kudus dan jiwa-jiwa yang telah dikonsekrasikan untuk dinodai, dirayu dan dihina, dan ia melemparkan dirinya sendiri pada mereka. Di atas segalanya, Setan membenci jiwa-jiwa korban, jadi Josefa pun secara khusus dibencinya.
Josefa telah berkorban dengan sukacita dari tiga hal yang dipegangnya di dunia ini: ibunya, saudarinya, dan negaranya; ia telah memberikan dirinya bagi keselamatan para pendosa, dan untuk itu ia merampas banyak jiwa dari api neraka. Untuk itulah Setan menjadikannya bulan-bulanan. Setan diijinkan oleh Tuhan untuk memiliki kuasa atas jiwa-jiwa korban. Sungguh hal inilah yang mengikuti
Halaman xxvi
PENGANTAR
membawakan padamu Salib-Ku, sehingga kau mengurangi beban
pada Diri-Ku” (26 Juli 1921). “Aku ingin
engkau menjadi sang orang Kirene bagi-Ku; engkau akan menolong aku memikul Salib-Ku”
(23 Februari 1922). “Biarlah Salib-Ku menjadi salibmu” (30 Maret 1923).
Tak terhitung
berapa kali DIA telah meletakkannya pada pundaknya yang rela menanggung selama
berjam-jam, bahkan seluruh siang dan malam. DIA mempercayakannya dengan Mahkota
Duri-Nya, yang DIA tinggalkan baginya dalam jangka waktu yang lama, sehingga
seperti DIA, Josefa tidak mengetahui dimana ia dapat mengistirahatkan
kepalanya. “Aku akan meninggalkan bagimu Mahkota-Ku... Janganlah mengeluh akan
kesakitan... sebab dengan demikian engkau berbagi kesakitan-Ku” (26 November
1920). “Mahkota-Ku... Dengan itu Aku akan mengitari sendiri kepalamu” (17 Juni
1923). Ia membuatnya merasakan kesakitan akan lambung-Nya. Bunda kita berkata
kepada Josefa: “Kesakitan ini adalah sebuah pancaran dari Hati Putera-ku; pada
saat terparahnya, ketahuilah bahwa itu adalah sebuah tanda dimana ada jiwa
sedang melukai-Nya secara mendalam. (20 Juni 1921).
DIA ingin
Josefa merasakan kesakitan akan paku-paku di kedua tangan dan kakinya: “Aku
akan memberikan padamu sebuah tanda baru akan Cinta-Ku. Hari ini engkau akan
berbagi dengan-Ku kesakitan akan paku-paku” (16 Maret 1923).
Sekali lagi
DIA berkasih mesra dengannya dengan penderitaan Hati dan Jiwa-Nya: “Setiap hari
Jumat, dan khususnya pada Jumat pertama, Aku akan berbagi kepahitan penderitaan
Hati-Ku, dan engkau akan mengalami penyiksaan-penyiksaan Sengsara-Ku dengan
cara tertentu” (4 Februari 1921).
Pada tanggal 1
Maret 1922, DIA menampakkan diri pada Josefa, Wajah-Nya berlumuran darah. “Mendekatlah”
Kata-Nya, “Datang dan beristirahatlah di Hati-Ku; dan ambilah bagian dari
kesakitan yang menyedihkan ini.”
“Kemudian DIA
menarikku mendekat ke Hati-Nya, dan jiwaku dipenuhi dengan derita dan kepahitan
yang menyedihkan yang tidak dapat kujelaskan.”
Seperti DIA,
Josefa menderita bagi orang lain: “Aku ingin engkau menderita secara
keseluruhan agar engkau dapat memperoleh jiwa-jiwa.” (21 Desember 1920). “Ada
satu jiwa yang amat menyedihkan melukai Aku... janganlah takut jika engkau
merasa ditinggalkan seluruhnya, sebab Aku akan membagikan penderitaan Hati-Ku”
(13 September 1921). “tanggunglah Salib-Ku, hingga jiwa itu menyadari kebenaran”
(24 Maret 1923). “Ambilah
Halaman xxv
PENGANTAR
memberikan kemuliaan bagi kesempurnaan kasih-Nya yang tak
terbatas melalui cinta mereka, demikianlah dengan jiwa-jiwa korban itu: saat
mereka berkontemplasi dengan-Nya, DIA menyingkapkan dengan Kasih-Nya yang
dashyat bagi jiwa-jiwa dan dengan kesedihan yang memenuhi-Nya akan hilangnya
para pendosa. Pemandangan akan hal ini menyakitkan hati mereka, dan kerinduan
mereka untuk menghibur Kristus tidak dipuaskan hanya dengan kata-kata cinta; namun
hal itu membangkitkan semangat mereka. Apapun harganya, mereka akan memenangkan
jiwa-jiwa bagi-Nya, dan DIA tetap menyalakan semangat yang lebih lagi. Itulah
cinta akan Hati Kudus-Nya sendiri, yang dikomunikasikan-Nya pada mereka, yang
karenanya mereka mencintai pendosa; cinta yang memberikan mereka suatu daya
tahan super manusia, yang dengan baik dijelaskan dalam kata-kata Josefa
sendiri:
“Selama dua
atau tiga minggu terakhir, aku merasakan sebuah hasrat yang dashyat untuk
menderita. Ada waktu dimana pemikiran itu menakutkanku. Ketika Yesus berkata
padaku bahwa DIA telah memilih aku sebagai koban-Nya seluruh diriku bergetar;
tetapi sekarang, hal itu berbeda. Ada hari-hari dimana aku menahan penderitaan
yang sedemikian rupa sehingga jika DIA tidak menahan aku, seharusnya aku sudah
mati, tidak ada bagian daripadaku yang bebas dari rasa sakit! ... Walaupun
demikian, jiwaku rindu untuk menanggung penderitaan yang lebih menyedihkan lagi
bagi-Nya, walaupun tidak tanpa keengganan di bagian bawah akan kesadaranku.
Ketika kesakitan-kesakitan ini menyerangku aku terguncang dengan ketakutan dan
secara insting menarik diri, tetapi di sana aku diberikan sebuah kekuatan
kehendak untuk menerima, berhasrat dan menginginkan agar menderita lebih lagi,
sehingga jika pilihan yang ditawarkan padaku adalah antara rasa sakit yang diteruskan
dan Surga, aku sungguh lebih memilih untuk terus berada dalam kesakitan itu,
jika dengan melakukan itu aku dapat menghibur Hati-Nya, walaupun Tuhan tahu
betapa aku ingin selamanya berada bersama-Nya. Aku tahu bahwa perubahan ini
telah ditempa padaku oleh Yesus.” (30 Juni 1921).
Josefa sungguh
benar, perubahan itu tidak berasal dari dirinya sendiri, tetapi dari Yesus,
atau tidakkah lebih baik kita katakan itu adalah kekuatan-NYA, perasaan-NYA,
hasrat-NYA dan penderitaan-NYA yang diteruskan-NYA kepada Josefa? 1)
“Sebagaimana engkau siap untuk menderita, marilah kita
menderita bersama” (19 Desember 1920), dan DIA memberikan kepada Josefa
Salib-NYA: “Yesus datang dengan Salib-Nya, yang ditempatkan-Nya pada
pundak-pundakku” (18 Juli 1920). “Aku datang
-----
1 “Hati-Ku dapat beristirahat untuk mengkomunikasikan
perasaan-perasaan itu. Aku datang untuk beristirahat di dalam hatimu ketika
satu jiwa bersedih bagi-Ku, dan kerinduan-KU untuk melakukannya dengan baik
itulah yang kuberikan kepadamu dan menjadi milikmu.” (23 Oktober 1922)
Halaman xxiv
PENGANTAR
secara sukarela terpisah. Untuk inilah Kristus berusaha
untuk menjangkau melalui jiwa-jiwa yang dipakai-Nya sebagai saluran-saluran
belas kasih-Nya. Mereka yang paling berbuah dari seluruh cabang pohon anggur
mistik. Dipenuhi dengan sari yang mengalir dari Kristus sendiri, dan bersatu
utuh dengan-Nya, dengan solidaritas mereka terhadap pendosa yang bertanggung
jawab atas dosa-dosanya; sehingga dengan bersatu dengan pendosa dan satu dengan
Kristus, di dalam mereka dan oleh mereka, rahmat dikomunikasikan. Mereka adalah
jiwa-jiwa korban.
Betapa harus
intimnya mereka dengan Sang Tersalib jika mereka harus melakukan bagian mereka
sebagai bagian kontrak yang penuh! Bersatu utuh dengan-Nya harus tersiratkan,
sementara DIA pada bagian-Nya meninggalkan jejak pada jiwa, hati dan tubuh mereka
gambaran hidup dari Sengsara-Nya yang menyedihkan.
Semua
penderitaan-Nya diperbarui di dalam mereka: mereka akan dipertentangkan,
dibantai, direndahkan, disesah, dan disalibkan; dan apa yang gagal dihasilkan
manusia, Tuhan sendirilah yang akan menyediakan kesakitan, penderitaan,
stigmata, yang akan membuat mereka sebagai salib-salib yang hidup.
Betapa
besarnya kuasa perantara dari jiwa-jiwa itu! Betapa mujarab-nya perantaraan
mereka, ketika mereka memohon belas kasih, pengampunan dan keselamatan ilahi
bagi saudara-saudari mereka; ketika di dalam mereka dan melalui mereka, Darah
Berharga Kristus, tak terbatas lebih berkuasa daripada Abel yang menjerit
kepada Bapa!
Beginilah,
bagaimanapun, jika dihubungkan dengan beberapa orang kudus,terutama Santo
Fransiskus dari Asisi, bahwa Sengsara itu, sebagaimana adanya, tinggal di dalam
mereka, rencana Tuhan terutama tampaknya membentuk mereka menjadi
salinan-salinan yang telah selesai dari Sang Tersalib. Tanggapan Tuhan kepada
kasih yang mengagumkan akan Sengsara-Nya, dan Dia membuat mereka merasakan baik
secara fisik ataupun moral penyiksaan-penyiksaan Putera Terkasih-Nya.
Ada sebuah
tujuan yang lebih jauh sehubungan dengan korban-korban penebusan: DIA tampaknya
merampas hak mereka demi jiwa-jiwa lainnya, sebab Sengsara Kristus, setelah
menandainya dengan tandanya, melalui mereka, untuk memberikan hasil di dalam
pendosa yang kepada mereka para korban itu telah menderita rahmat-rahmat
pengorbanan Kalvari.
Untuk itu
mereka adalah para penebus penyerta (co-redeemers) di dalam artian kata yang
penuh; kasih pada sesama telah mereka mendesak mereka, misi mereka berbeda dari
orang lain. Sebagaimana Tuhan berkenan mengijinkan jiwa-jiwa lainnya yang kita
bicarakan untuk merenungkan DIA,
Halaman xxiii
PENGANTAR
di dalam kemurnian, sehingga tidak dapat ditemukan di
dalam hidupnya kesalahan yang dengan sukarela disetujuinya. Ketidaksetiaannya
yang terbesar yang disebabkan oleh dirinya sendiri adalah sebuah keraguan
tertentu untuk menanggapi panggilan rahmat dan tidak memberikan keputusan saat dihadapkan
pada misi yang membingungkan; untuk itu tidak ada noda di hati dan jiwanya.
Dengan cemburunya Tuhan kita membimbing dia: “Aku ingin engkau melupakan dirimu
sendiri dan secara menyeluruh menyerahkannya kepada Kehendak-Ku sehingga Aku
tidak menolerir sedikit pun ketidaksempurnaan di dalam engkau tanpa
memperingatkanmu akan hal itu.” (21 Februari 1921).
Seringkali
saat DIA ingin agar dia menyatakan kembali bahwa dia adalah korban, DIA membuka
pertanyaan dengan memberikannya sebuah rahmat pemurnian yang lebih besar. “Aku
ingin engkau berkorban untuk-Ku, Josefa, tetapi Aku akan memulai dengan
membiarkan panah kasih yang akan memurnikan jiwamu jatuh padamu, sebab sebagai
korban-Ku, engkau harus seluruhnya murni” (17 Juni 1923).
Di dalam hati
nurani murninya dimana penderitaan akan jatuh padanya, tidak ditemukan noda
dosa, sehingga dengan demikian tidak ada pekerjaan penebusan yang harus
dilakukan, dan itulah mengapa buah-buah keselamatan dapat dipindahkan kepada
jiwa-jiwa lainnya. Penderitaan-penderitaannya membawa karakter 2 kali lipat,
seperti demikianlah pada kasus semua para korban yang sejati. Sebagai seorang
korban yang diplih oleh Kristus sendiri untuk meneruskan dan menyempurnakan
pekerjaan penebusan-Nya, dia harus dekat bersatu dengan Kristus Sang Penebus,
dan berbagi Sengsara-Nya dengan menanggung penderitaan diri yang sama
sebagaimana penderitaan-penderitaan-Nya; sebagai korban penebusan bagi
jiwa-jiwa orang lain, kesakitan-kesakitannya akan setimpal dengan dosa-dosa
pelaku yang yang ditebusnya.
(a) Partisipasi di
dalam Penderitaan Kristus
Penderitaan
Kristus adalah keselamatan kita satu-satunya, jika kita akan dimurnikan dan
diselamatkan, kita harus bersentuhan dengan Darah yang ditumpahkan oleh Anak
Domba. Jeritan hebat dari Kristus yang sekarat adalah sebuah undangan yang
menekan semua umat manusia untuk bersegera berlari kepada pancuran-pancuran
Penyelamat yang daripadanya mengalir seluruh rahmat.
Bersentuhan
dengan Darah Kristus ini segera menjamin jiwa-jiwa yang menjawab seruan-Nya. Sementara
yang lainnya, celaka! Banyak jumlah mereka,
Halaman xxii
PENGANTAR
berkenaan padanya. “Dan kau, kau akan hidup dalam
kekaburan yang mendalam, dan karena engkau adalah korban yang Kupilih, engkau
akan menderita, dan terbebani oleh penderitaan hingga engkau akan mati.
Janganlah mencari istirahat ataupun pengurangan; kau tidak akan menemukannya,
karena itulah kehendak-Ku. Namun cinta-Ku akan menahanmu, dan kau tidak akan
pernah mengecewakan-Ku.”
Sebelum ia
menahan siksa yang tajam dan mengoyakkan, DIA telah meminta dan mendapatkan
persetujuan darinya; sebab walaupun DIA adalah Tuhan dan Tuan yang berdaulat
penuh, IA tetap menghormati kebebasan mahkluk ciptaan-Nya.
“Apakah kau mau?...”
Kata-Nya kepada Josefa, dan ketika ia gentar terhadap hal itu di hadapan-Nya,
DIA meninggalkannya. Suster Josefa merasa sedih ketika DIA pergi, tetapi Bunda
Maria datang, dan berkata pada anaknya itu: “Jangan lupa bahwa cintamu itu
bebas.”
Beberapa kali Josefa mencoba melarikan diri dari jalan yang ada di hadapannya, kemudian Yesus meninggalkannya, hanya setelah berkali-kali dia memanggil DIA barulah DIA datang kembali menerima persembahan kehendaknya yang telah ditanyakan-Nya dengan perandaian. Biasanya ia menerimanya dengan kemurahan hati. 1)
Beberapa kali Josefa mencoba melarikan diri dari jalan yang ada di hadapannya, kemudian Yesus meninggalkannya, hanya setelah berkali-kali dia memanggil DIA barulah DIA datang kembali menerima persembahan kehendaknya yang telah ditanyakan-Nya dengan perandaian. Biasanya ia menerimanya dengan kemurahan hati. 1)
“Aku
mempersembahkan diriku sendiri untuk melayaniMu di setiap cara yang Engkau
pilih.” Tuhan mengetahui Diri-Nya sendiri, bebas bertindak di segala cara yang
dipilih-Nya, dan sekali lagi DIA berkata: “Aku adalah Tuhanmu, engkau adalah
milik-Ku; dari kehendak bebas-Mu, telah kauserahkan sendiri. Sejak sekarang
engkau tidak dapat menolak Aku akan apapun juga.” (23 Juli 1922). “Jika engkau
tidak menyerahkan dirimu sendiri kepada kehendak-Ku, apakah yang dapat
Kuperbuat?” (21 April 1922).
Ia berserah;
seperti Tuannya Josefa rela menjadi korban: “Oblatus est quia Ipse voluit.”
Seperti DIA, juga, dia akan menjadi sebuah korban murni. Bagaimanakah seseorang
menyilih dosa orang lain, padahal ia sendiri harus menyilih dosanya sendiri?
Dari kelahiran Josefa Tuhan telah membungkusnya...
-----
1 Tidak ada yang dipaksakan padanya oleh Tuhan; DIA tidak
memaksa mahkluk-Nya yang ragu-ragu, namun dengan kemampuan ilahi-Nya ia
mengejar tujuan-Nya untuk mendapatkan persetujuannya. Setiap Josefa mundur
karena ketakutan, Tuhan kita meninggalkannya tanpa mencela; tetapi
kepergian-Nya mendukakan Josefa sehingga ia semakin menerima permintaan-Nya
dengan murah hati. Juga, Yesus tidak langsung mengatakan kepadanya bahwa Ia
menginginkan dia menjadi Pembawa Pesan-Nya kepada dunia, Josefa akan sangat
syok jika demikian; tetapi DIA hanya meminta kemurahan hati Josefa: “Apakah
engkau mau untuk menderita? Dan apakah engkau mau menjadi seorang korban? Jika
seorang korban, itu berarti sebuah pertanyaan untuk menderita, dan tak menyolok
di hadapan dunia. Josefa menerimanya.
Halaman xxi
PENGANTAR
Ketika
penderitaan ditanggung untuk seorang pendosa yang telah secara khusus diplih,
sang korban menanggung keadilan akan kejahatan-kejahatan yang dilakukan oleh si
pendosa tersebut. Setiap macam pencobaan ditanggung, penyakit ataupun
pembantaian yang dilakukan oleh roh-roh kegelapan dimana sang korban akan
menjadi bulan-bulanan.
Pada Suster
Josefa ini adalah kasus yang luar biasa. Sang korban yang melakukan kehendak
Tuhan, tidak hanya keseluruhan keberadaannya menjadi korban, tetapi tindakan
pengorbanan tersebut bervariasi sesuai dengan atribut-atribut Tuhan, tertentu,
yang mana ia telah mengorbankan dirinya sendiri.
Santa Theresia
dari Kanak-kanak Yesus mempersembahkan dirinya sendiri sebagai korban belas
kasih cinta; Marie des Vallées, sebagai korban dari keadilan
Tuhan; Santa Margaretha Maria, sebagai korban keduanya yaitu keadilan dan belas
kasih, dan demikian juga suster Josefa. Kristus mengatakan padanya
keinginan-Nya bahkan lebih nyata lagi dalam istilah-istilahNya dibanding yang
telah dipakaiNya pada Santa Margaretha Maria.
“Aku telah
memilihmu menjadi korban Hati-Ku” (19 Desember 1920).
“Engkau adalah
korban Cinta-Ku.” (2 Oktober 1920 dan 23 November 1920).
“Engkau adalah
korban Cinta dan belas kasih-Ku.” (30 Juni 1921).
“Aku ingin
engkau menjadi korban keadilan ilahi dan penghiburan Hati-Ku” (9 November
1920).
Untuk alasan
ini semua Josefa harus menderita. “Engkau menderita di dalam jiwa dan tubuhmu,
karena engkau adalah korban Jiwa dan Tubuh-Ku. Bagaimanakah engkau tidak
menderita di dalam hatimu, karena Aku telah memilihmu sebagai korban Hati-Ku?”
(19 Desember 1920).
Sebagai korban
Hati Yesus ia menderita untuk menghibur sang Hati yang telah dilukai oleh manusia-manusia
yang tak berterimakasih. Sebagai korban cinta dan belas kasih ia menderita
bahwa belas kasih cinta Yesus dapat dibanjiri rahmat-rahmat bagi pendosa yang
sangat Ia cintai. Sebagai korban keadilan ilahi ia menanggung beban yang tak
tertolerir dari celaan-celaan ilahi dan menyilih jiwa-jiwa bersalah yang
berhutang keselamatan kepadanya. Misi bagiannya menuntut silih abadi darinya,
dan Tuhan kita tidak menyembunyikan hal itu daripadanya. “Cinta, menderita dan
patuh,” Kata-Nya kepadanya, “sehingga Aku dapat mewujudkan rencana-rencana-Ku
dalammu.” (9 Januari 1921).
Pada tanggal 12 Juni 1923 Dia meneguhkan
keseluruhan rencana yang
Halaman xx
PENGANTAR
DIA bermaksud untuk bertindak sebagai
perantara-perantara: mereka harus menderita dan memperbaiki kesalahan bagi
mereka yang memperoleh keuntungan dari pengorbanannya, baik dengan menurunkan
rahmat-rahmat pengampunan bagi mereka, atau dengan bertindak sebagai jubah yang
menutupi dosa-dosa mereka di hadapan keadilan ilahi. Hal itu beralasan agar
tidak ada orang yang dengan inisiatif mereka sendiri mengambil peranan tersebut
bagi dirinya sendiri. Persetujuan ilahi disyaratkan sebelum satu jiwa berani
menengahi antara Tuhan dan mahkluk-Nya. Tidak akan ada nilainya dalam
persembahan yang demikian jika Tuhan menolak untuk mendengarkan doa itu.
Sudah ada di
Perjanjian Lama korban-korban dari macam tertentu yang hanya dapat
dipersembahkan kepada Tuhan. Untuk dapat diterima korban-korban itu harus tak
bercela, tanpa noda, jantan-jantan satu tahun, dan di atas semuanya itu
persembahan harus dibuat oleh seorang imam menurut ritual yang ditentukan untuk
dipatuhi secara ketat, dan yang tidak hanya melambangkan disposisi dari imam
yang bertugas, tetapi juga merupakan simbol bagi penyumbang korban.
Di dalam
Perjanjian Baru sebuah korban baru menggantikan yang lama; Yesus Kristus adalah
satu-satunya Perantara, satu-satunya Imam, satu-satunya Korban, dan
Pengorbanan-Nya tidak lagi simbolik, tetapi nyata dan tak terbatas.
Jika demikian,
Yesus Kristus ingin menghubungkan para korban lainnya dengan Diri-Nya sendiri,
mereka harus secara erat bersatu dengan-Nya, dan merasakan perasaan-Nya, agar
dapat secara penuh masuk di dalam pengorbanan-Nya; oleh karenanya hanya bisa
jika mereka adalah manusia yang dikaruniakan kepandaian dan kehendak.
DIA sendiri
memilih orang-orang ini, dan karena mereka bebas, DIA menanyakan mereka
terlebih dahulu untuk kerjasamanya secara sukarela. Mereka yang menerimanya
menaruh dirinya sendiri pada belas kasih-Nya, dan DIA kemudian akan memakai
mereka dengan hak penuh.
Berasimilasi
dan berubah ke dalam Kristus, Korban-Jiwa menyatakan perasaan-perasaan Yesus
Kristus kepada Allah Bapa; dan kepada Kristus Sendiri melalui salah satu perbuatannya
akan kerendahan hati, silih, dan penebusan dosa, perasaan-perasaan yang
menghidupkan jiwa-jiwa yang diwakilinya.
Dan karena hal
ini mengidentifikasikan Kristus, Korban-Jiwa itu berbagi derita sengsara-Nya
dan mengalami, dalam tingkatan yang lebih besar atau kurang, bervariasi namun
umumnya adalah cara-cara manusia super, mengalami penyiksaan-penyiksaan dan
penderitaan-penderitaan yang dialami-Nya.
Halaman xix
PENGANTAR
24 Februari 1921, DIA bahkan memberikan panggilan yang lebih
eksplisit lagi saat Jam Suci-nya. “Dunia tidak mengetahui belas kasih Hati-Ku,”
Kata-Nya kepadanya. “Aku bermaksud untuk mencerahkan mereka melalui engkau...
Aku ingin engkau menjadi rasul Cinta dan belas kasih-Ku. Aku ingin mengajarkan
padamu apa artinya; melupakan dirimu sendiri.” Dan dalam menjawab ketakutan itu
dia menyatakan: “Cintai dan jangan takut pada apapun. Aku menginginkan apa yang
tidak kauingini, tetapi aku dapat melakukan apa yang tidak dapat kaulakukan.” “Bukan
untukmu memilih, engkau hanya harus menyerahkan dirimu sendiri ke dalam
Tangan-tangan-Ku.”
Jadi dengan
tingkatan demikian Tuhan kita menyatakan rencana-Nya: Josefa dipilih olehNya,
bukan hanya untuk menjadi korban bagi jiwa-jiwa, terutama bagi jiwa-jiwa yang
telah dikonsekrasikan, tetapi agar melalui dia pesan cinta Kristus dan belas
kasih dapat menjangkau dunia. Sebuah misi bermuka dua – Korban dan Pembawa
Pesan – dan di antara dua misi tersebut ada sebuah hubungan erat. Jika Korban
maka adalah Pembawa Pesan, dan karena Pembawa Pesan, berarti adalah Korban.
JOSEFA SEBAGAI KORBAN
Menjadi
seorang korban tentu menyiratkan pengorbanan, dan sebagai sebuah aturan
pendamaian bagi sesama. Walaupun secara tegas dikatakan bahwa seseorang dapat
mempersembahkan dirinya sendiri sebagai seorang korban untuk memberikan Tuhan
sukacita dan kemuliaan dengan pengorbanan sukarela, namun sebagian besar Tuhan
menuntun jiwa-jiwa melalui jalan itu hanya jika...
Halaman xviii
PENGANTAR
statusnya hanyalah seorang novisiat, keinginan
terbesarnya untuk berhenti, dan halangannya yang sangat nyata adalah
ketidaktahuannya terhadap bahasa di negaranya berada, dan semua kombinasi
halangan ini awalnya tampak dapat teratasi. 1) Kenyataannya itu semua adalah
tanda-tanda pilihan Tuhan. Walaupun hanya seorang novisiat rendahan, hatinya
begitu lembut sehingga sering di titik ia menyerah pada kesensitifannya, dimana
kemudian ia akan menunjukkan kekuatan kehendaknya yang tak terkalahkan. Pada
cahaya yang membutakan akan wahyu-wahyu ilahi, ia hanya merayap semakin dalam
ke dalam “kekecilannya”, dan semakin dekat Tuhan menariknya, ia semakin
merendahkan dirinya. Walaupun adanya bukti akan tindakan Tuhan, ia selalu
ketakutan jikalau dia menipu dirinya dan menipu Superiornya. Nyatanya, mereka
jarang bertemu dengan alasan lebih patuh dan tunduk, atau lebih hormat, lebih
bersemangat berserah untuk kendali, lebih siap berkorban. Di dalam
devosi-devosinya, dalam hal lainnya, tidak dilebih-lebihkan; ia benar-benar
secara sempurna lurus dan sederhana. Secara mental, dia sehat dan rasa akan
keteraturan dan proporsi-nya juga berkembang baik. Supernatural, yang sering
meremuk, tidak pernah mengganggu ketenangan dalamnya, walaupun keseimbangannya
hanya terjaga
oleh karena daya tahan yang hampir sama dengan manusia super. Semua ini pada
kenyataannya adalah jaminan terbaik bagi para Superior bahwa komunikasinya
adalah asli ilahi.
Kepada Suster
Josefa, Tuhan kita berkata: “Engkau sendirilah yang akan menjadi tanda-Ku.”
Walaupun
awalnya curiga dan berhati-hati pada penilaian mereka, Direktur dan
Superior-nya, keduanya terpaksa dengan melihat bukti hidupnya, percaya bahwa
misinya adalah ilahi.
MISI JOSEFA
Secara
berangsur-angsur Tuhan kita mengungkapkan kepadanya; beberapa kali DIA berkata
padanya bahwa DIA bermaksud agar dia “membawakan rencana-rencana-Nya” (9
Februari 1921) untuk menyelamatkan banyak jiwa yang sangat berarti bagi-Nya (15
Oktober 1920). Pada malam...
------
1) Jika seseorang mencari jiwa terpilih di antara para
novisiat pada waktu itu (mereka pada umumnya adalah bagian dari orang
Polandia), penampilan Josefa, tidak tampak mistik, tidak akan mengira dia
sebagai pilihan Tuhan.
Halaman xvii
PENGANTAR
sementara ia belum disebut sebagai Suster mereka di dalam
kemuliaan, ia sungguh adalah Suster
mereka di dalam rahmat, dan Tuhan
telah dengan senang memeteraikan kesaksiannya. DIA yang memperlakukan mahkluk
ciptaanNya dengan demikian hormatnya, “Cum
magna reverentia disponis nos” (Keb. 12:18)
Tetapi Engkau, Penguasa yang kuat, mengadili dengan belas
kasihan, dan dengan sangat hati-hati memperlakukan kami. Sebab kalau mau Engkau
dapat juga. (Keb. 12:18), berhutang pada DiriNya Sendiri untuk menyatakan sebuah
tanda cap pada pembawa pesan-Nya secara jelas sebagai pembawa sabda-Nya.
“Jalan-Nya
bukanlah jalan kita, juga pikiran-Nya bukanlah pikiran kita,” dan agar tidak
ada keraguan bahwa komunikasi itu datang daripada-Nya dan bukan dari yang
lainnya, DIA memilih alat-alat yang lemah, yang menurut manusia tidak cocok
untuk tugas tersebut; sehinga kekuatan-Nya bersinar luas dalam kelemahan
mereka.
DIA tidak
memilih yang terpelajar dan yang hebat di mata dunia untuk mendirikan
Gereja-Nya, Santo Paulus secara terang-terangan berkata pada kita, jika tidak, penyebaran
ke-Kristenan dapat saja dikaitkan dengan talenta dan gengsi mereka... tetapi
DIA memilih yang miskin dan terabaikan, dan DIA membuat mereka sebagai
wadah-wadah terpilih.
Sehingga
kehebatan misi mereka tidak akan menyilaukan dan membawa mereka kepada
kesombongan, DIA lagi dan lagi mengingatkan mereka akan “ketiadaan” mereka, kesengsaraan
bawaan mereka dan kelemahan mereka. Karunia-karunia-Nya hanya aman jika
diberikan kepada yang sungguh-sungguh rendah hati. Pemeliharaan-Nya selalu
bekerja dengan cara ini. Kemuliaan-Nya diwujudkan di dalam “ketiadaan” manusia.
“Jika Aku dapat menemukan mahkluk yang lebih malang daripadamu,” kata-Nya
kepada Santa Maria Margaretha, “Aku akan memilihnya...”
Dan Suster
Josefa berulang kali mendengarkan pernyataan yang sama: “Jika saja Aku dapat
menemukan mahkluk yang lebih malang, Aku akan memilihnya untuk keistimewaan
cinta-Ku, dan melalui dia dinyatakan kerinduan-kerinduan Hati-Ku. Tetapi Aku
tidak menemukannya, jadi Aku memilih engkau.” (7 Juni 1923).
Segera setelah
kami mendengar DIA berkata: “Aku telah memilih engkau sebagai salah satu yang
benar-benar tidak berguna dan melarat, sehingga tidak ada yang dapat dikaitkan
padanya kecuali Diri-Ku sendiri, apa yang Kukatakan dan Kulakukan.” (12 Juni
1923).
Sejauh yang
tampak, tidak ada yang mensinyalir Josefa dalam cara apapun cocok untuk misi
yang tinggi ini. Jika kita mengingat penundaannya berulang kali untuk masuk
biara, kita mungkin percaya akan keraguannya secara terus menerus akan
kehendaknya sendiri; demikian juga tingkat kerendahan hatinya di dalam
komunitas,
Halaman xvi
PENGANTAR
pada manusia. Kitab Suci mewakiliNya di dalam Mazmur mengikuti
putera-putera manusia selalu menjaga memperhatikan dengan sungguh-sungguh pada
setiap perbuatan mereka dan menjawab usaha-usaha doa terkecil sekali pun.
Berbalik dengan cinta terhadap pemberontakan putera-putera-Nya, dari awal mula
DIA membuat suara-Nya terdengar melalui keajaiban-keajaiban dan melalui
nabi-nabi-Nya, sampai hari dimana Diri-Nya sendiri, menjadi daging di dalam
rahim Perawan, berkata-kata dalam bahasa manusia mengenai Cinta yang memenuhi
Hati-Nya.
Yesus, Sabda
yang menjelma, telahmengirimkan secara utuh Pesan yang telah diterima-Nya
sendiri dari Bapa: “Omnia quaecumque audivi a Patre Meo, nota feci vobis”
(Yohanes 15:15).
Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak
tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena
Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari
Bapa-Ku. (Yohanes 15:15)
Tidak ada lagi yang untuk ditambahkan pada perkataan
Tuhan kita, dan pada saat kematian Santo Yohanes, Rasul terakhir, wahyu Ilahi
ditutup dan dimeteraikan. Jaman-jaman berikutnya tidak dapat melakukan apa-apa
lagi selain menarik artinya. Namun kekayaan-kekayaannya tak terduga, dan
kebanyakan manusia terlalu tidak
memperhatikan dan secara dangkal saja menyuarakan kedalaman ajaran Kitab Suci;
karena itu, seperti saat di bawah Hukum
Tua para Nabi dikirimkan oleh Tuhan untuk membaharui iman dan harapan umat-Nya,
juga di dalam Dispensasi Baru Kristus
telah dari waktu ke waktu memberikan jiwa-jiwa pilihan tertentu misi untuk
menginterpretasikan sabda-Nya yang otentik, dan mengungkapkan kedalaman dan
arti yang tersembunyi.
Dahulu kala,
pada saat Paskah pagi, Ia menugaskan Santa Maria Magdalena untuk mengumumkan
Kebangkitan-Nya yang mulia kepada para Rasul. Di jaman-jaman berikutnya
wanita-wanita miskin dan rendah hati telah dipilih untuk menyampaikan
hasrat-hasrat-Nya yang terpenting bagi umat manusia.
Untuk
mengingat kejadian-kejadian itu, misalnya: Melalui Santa Juliana dari
Montcornillon DIA menyegarkan devosi Sakramen Maha Kudus, dan memperoleh perwujudan
Pesta Corpus Christi; melalui Santa Maria Margareta sebuah stimulus baru
diberikan bagi devosi kepada Hati Kudus; melalui Santa Teresia dari Kanak-kanak
Yesus DIA berkata kepada dunia yang kelihatannya telah melupakan jasa dan nilai
spiritual Masa Kanak-kanak, dan sekarang, DIA telah memberikan sebuah pesan-Nya
melalui Josefa Menéndez.
Ketiga orang
yang disebutkan di atas telah dikanonisasikan oleh Gereja, jadi telah menerima
sebuah pengakuan resmi akan misi-misi mereka. Suster Josefa belum memiliki kehormatan
tersebut padanya, tapi
Halaman xv
PENGANTAR
Pada tanggal
29 Desember 1923, Suster Josefa Menéndez, saat itu berusia 33 tahun,
meninggal secara kudus di Biara Les Feuillants, Poitiers. Ia hidup sebagai
seorang Suster dalam Serikat Hati Kudus hanya selama 4 tahun, dan begitu
tersembunyi yang adalah sebuah cara agar dunia tidak pernah mendengar darinya,
dan bahkan dari komunitasnya sendiri seharusnya ia segera terlupakan.
Namun, hanya
20 tahun setelah kematiannya, ia dikenal di penjuru dunia. Di Amerika, Afrika,
Asia, dan Oseania, orang-orang berdoa padanya dan mendengarkan dengan
sungguh-sungguh akan Pesan yang diberikan Hati Yesus padanya untuk manusia.
Pada tahun
1938 isi dari Pesan, dengan judul Un Appel à l’Amour, dipublikasikan di
Toulouse oleh Kerasulan Doa. Kardinal Pacelli, kini dengan mulia bertahkta
sebagai Paus Pius XII, menulis sebuah rekomendasi dalam bentuk sebuah surat. 5
tahun kemudian sebuah biografi lengkap dimintakan dengan sungguh-sungguh,
karena para pembaca sangat ingin mengetahui semua detil dari sebuah kehidupan
yang kaya namun tersembunyi dan dimana sebuah latar belakang manusia yang
sangat miskin dilempar menjadi ukiran kemegahan tindakan Kristus.
Edisi kedua
dan lengkap ini adalah jawaban dari permintaan tersebut. Hal itu diambil dari
catatan-catatan, tulisan harian Suster Josefa di bawah ketaatan, dimana
keakuratannya dikonfirmasikan oleh kenangan-kenangan tepat dari para saksi akan
kehidupannya, seperti Kepala Biara dan Ibu Asisten Biara “Les Feuillants,”
Poitiers, dan pengarahnya, Bapa Boyer, O.P.
Pembaca akan
merasa sebuah keingintahuan tertentu di halaman-halaman pembukaan ini, namun
isi-isinyalah yang akan memenuhi mereka dengan keheranan dan kekaguman, dan
pembaca akan selesai membaca buku dengan berkomitmen untuk menjalani hidup yang
lebih baik dan untuk mencintai satu Tuhan yang telah mewujudkan cinta-Nya yang
begitu besar pada mahkluk-mahkluk ciptaan-Nya.
Karena setiap
halaman akan mewartakan indahnya pemeliharaan cinta Tuhan...
Subscribe to:
Posts (Atom)